|
Jakarta, Kompas - Warga Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, meminta Pemprov DKI Jakarta segera mengeruk Kali Mookevart dan Angke. Warga di kawasan ini sudah 10 tahun terakhir selalu tergenang hingga setinggi 1-2 meter setiap musim hujan akibat luapan banjir kiriman. ”Selain pengerukan atau pengurasan lumpur kali, warga juga mengharapkan pelebaran alur kali. Warga mengharapkan pembuatan danau sebagai daerah penampung air di lahan milik pemda (pemerintah daerah) di RW 04, seluas lebih kurang 5 hektar,” kata Lurah Rawa Buaya, Supriyadi, Selasa (25/3) pagi. Kali Mookevart bermuara ke Cengkareng Drain. Setiap musim hujan tiba dalam 10 tahun terakhir, lebih dari 30.000 warga Rawa Buaya menjadi korban banjir luapan Kali Mookevart dan Kali Angke dengan tinggi genangan 1-2 meter. Banjir Kali Mookevart juga merendam Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. ”Tidak ada cara lain untuk membebaskan warga dari banjir rutin setiap musim hujan kecuali pengerukan dua kali itu. Warga setiap tahun mengajukan pengerukan kali dan juga dibawa ke setiap rapat musyawarah rencana pembangunan, tetapi tidak ada tanggapan,” kata H Ahmad (45), salah satu tokoh masyarakat di RW 04 di Rawa Buaya. Saat ini lebar Kali Mookevart dan Angke di wilayah Rawa Buaya 15-23 meter dan dalam 1 meter. Padahal, di badan Kali Mookevart agak ke daerah tengah, misalnya di Kelurahan Semanan, sudah mulai diperlebar menjadi 70 meter dengan kedalaman 2,5 meter. ”Mengapa di wilayah kami tidak ada pengerukan,” kata Ahmad. Pantauan pada Selasa subuh, dua backhoe disiagakan di Kali Mookevart wilayah Semanan, tidak jauh dari Terminal Kalideres. Daerah aliran sungai yang dangkal dikeruk hingga badan sungai menjadi lebar dan dalam. ”Kami berterima kasih kepada pemerintah,” ungkap Khairudin (40), warga RT 02 RW 10, Semanan. (CAL)
Post Date : 26 Maret 2008 |