|
PLAYEN (KR) - Prasarana air bersih yang dibangun dari dana alokasi khusus untuk penanggulangan bencana kekeringan 2004 di Desa Ngunut, Kecamatan Playen belum berfungsi sama sekali atau macet. Proyek senilai Rp 1,5 miliar tersebut, kini hanya menjadi monumen semata. Sejak dibangun belum difungsikan sama sekali. Warga sekitar mendesak agar ada tindak lanjut agar bangunan tersebut tidak muspro. Proyek air bersih dengan memanfaatkan sumur bor ini rencananya untuk memenuhi kebutuhan air di tiga desa, yakni, Ngunut, Dengok dan Banaran di wilayah Kecamatan Playen. Jaringan pipa dan bak penampungan maupun bak reservoar termasuk jenset sudah terpasang, namun hingga kini jaringan pipa dan bak tersebut belum pernah teraliri air sama sekali. "Pernah diujicobakan untuk mengisi bak yang ada di masing-masing pedukuhan, namun setelah itu tidak pernah dihidupkan kembali," kata Tugimin Ketua RT 22 Dusun Ngunut Lor, Desa Ngunut, yang ditemui KR, Minggu, (16/10). Ditambahkan oleh Tugimin, belum berfungsinya prasarana air bersih di Desa Ngunut ini ada berbagai masalah, di antaranya debit air yang dihasilkan di sumur bor itu relatif kecil, sehingga tidak mampu untuk melayani kebutuhan air di tiga desa. Di samping itu jika sumur bor disedot dengan jenset secara otomatis sumur pantek yang ada di sekitarnya baik di Ngunut, Kalongan Dengok mendadak kering kerontang. Karena itu warga sekitar keberatan dan menolak sumur bor yang ada di wilayah perbatasan Ngunut dan Dengok tersebut dioperasikan. Padahal warga di tiga desa ini sangat berharap agar prasarana air bersih tersebut segera difungsikan, karena tujuan dibangunnya bangunan serta jaringan perpipaan tersebut untuk mengatasi kesulitan air bagi warga setempat. "Saat ini banyak keluarga yang mengalami kesulitan air, namun prasarana air bersih yang sudah ada tidak difungsikan sama sekali, sehingga warga mempertanyakan dan meminta ketegasan pihak pemerintah maupun badan pengelola desa untuk menindaklanjuti," tambah Tugimin menirukan aspirasi warganya. Hal senada juga disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat di Teguhan, Desa Banaran Sukamsiran yang ditemui secara terpisah, yang menyatakan, masyarakat di Teguhan dan Banaran sektor timur sangat mendambakan berfungsinya jaringan pipa air minum yang sudah dibangun. Warga tidak keberatan jika diminta untuk memasang sambungan rumah (SR) dan dikenai biaya asalkan airnya segera mengucur. Saat ini warga sudah didaftar untuk dipasang SR, namun tidak ada tindaklanjutnya. Dikatakan, karena proyek tersebut tidak segera mengalir maka sebagian pipa dan asesorisnya banyak yang rusak bahkan dimungkinkan hilang, karena dicuri oleh orang yang tidak bertanggungjawab, karena melihat pipa tersebut tidak pernah dialiri air. Warga masyarakat baik di Desa Ngunut, Banaran maupun Dengok minta kepada pemerintah agar jaringan pipa tersebut diinterkoneksikan dengan proyek air bersih baik dari Bribin atau dari sumber lainnya yang saat ini airnya sudah sampai di Playen. "Karena pipa sudah terpasang maka tinggal menyambung untuk bisa mendapatkan distribusi air dari sumber lain, jika sumur bor yang ada ternyata tidak mampu atau justru merugikan masyarakat sekitar," tambah Tugimin. Di samping seluruh pipa sudah menjangkau seluruh wilayah di tiga desa, juga sudah dibangun bak penampungan besar yang ada di Banaran, bak penampung sementara di Sentono dan 5 bak dari fiber dan 5 bak permanen yang tersebar di tiga desa. "Jika prasarana ini tidak segera difungsikan dikhawatirkan akan rusak atau dirusak oleh oknum," kata beberapa warga. Warga juga menyayangkan karena pengadaan prasarana air bersih tidak pernah dibicarakan dengan warga, sehingga akibatnya bangunan dengan dana cukup besar hanya sia-sia. (Awa/Her)-z Post Date : 17 Oktober 2005 |