|
Merauke, Kompas - Akibat kesulitan mendapatkan air bersih selama musim kemarau, warga Distrik Waan, Merauke, terpaksa harus mengonsumsi air rawa yang kotor dan payau. Warga tidak memiliki pilihan karena tidak ada sumber air bersih lain, selain air hujan. ”Kemarau panjang membuat air rawa itu berwarna hijau dan kekuning-kuningan. Tidak ada jalan lain, mereka terpaksa hidup dari itu,” ungkap Kepala Distrik Waan, Hengki Maturbongs, di Merauke, Papua, Selasa (6/12). Hengki menuturkan, kemarau yang berlangsung sejak bulan Juli lalu membuat warga kehabisan persediaan sumber air bersih dari menampung air hujan. Akhirnya, warga memanfaatkan air rawa maupun air selokan untuk minum dan memasak meskipun kotor berwarna kekuningan dan payau. Diungkapkan Hengki, meski ada beberapa sumur, namun air sumur juga payau. ”Terakhir saya tinggalkan distrik dua minggu yang lalu, itu baru dua kali turun hujan,” ujarnya. Menurut Hengki, warga tetap memasak air rawa tersebut untuk minum. Karena itu, pihaknya belum menerima laporan adanya warga yang terserang penyakit diare maupun penyakit lainnya karena mengonsumsi air kotor. Distrik Waan terletak di Pulau Kimaam bagian selatan, yang berjarak 140 mil dari Kota Merauke. Distrik Waan adalah dataran sangat rendah yang didominasi rawa-rawa. Menurut Hengki, Waan ditinggali 4.413 jiwa yang tersebar di 8 kampung. Dari jumlah itu, hampir semua warga mengonsumsi air rawa. Kepala Dinas Sosial Merauke, Latang, menuturkan, Pemkab Merauke telah memberi bantuan tandon air berkapasitas 800-1.000 liter bagi setiap rumah. Akan tetapi, dengan kapasitas tersebut, air hujan yang tertampung tidak cukup memenuhi kebutuhan konsumsi selama musim kemarau. (RWN) Post Date : 07 Desember 2011 |