|
SLEMAN--MIOL: Warga lereng selatan Merapi mulai mengalami kesulitan air. Guguran lava yang telah memporak-porandakan kawasan wisata Kaliadem telah memutus jalur suplai air dari daerah sumber air tersebut ke daerah yang berada di bawahnya. Sejumlah warga menuturkan sejak terjadinya amukan awan dan material panas suplai air sudah terhenti. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena pipa untuk mengalirkan air dari Kaliadem rusak tertimbun material. Bahkan kemungkinan sumber air juga mati tertimbun. Kepala Desa Kepuharjo, Agus Tejo Winarno mengatakan diperkirakan ada 35 dusun mengalami kesulitan air bersih.Sejumlah dusun tersebut antara lain Dusun Jambu, Kaliadem, Petung, Kopeng, Batur, Pagerjurang, Kepuh, Manggong, yang termasuk Desa Kepuharjo. Untuk Desa Glagaharjo terdiri dari Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Tanggung, Srunen, serta Brante. "Diperkirakan ada 3000 KK atau sektiar 9000 jiwa yang berada di dusun-dusun tersebut dan kesulitan mendapatkan air bersih," katanya. Supriyono warga Dusun Jambu, Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman menuturkan, kini kran-kran warga di dusun Jambu tidak mengeluarkan air. Setelah diteliti ternyata sumur dan pipa-pipa di kawasan itu telah hancur. Untuk sementara masyarakat masih mengandalkan kebutuhan air minumnya dari bak-bak penampung yang ada dirumah mereka masing-masing. Diperkirakan cadangan air tersebut hanya mampu untuk 2 atau 3 hari mendatang. "Tetapi, bagi warga yang mempunyai ternak, mungkin tinggal sehari saja dan besok harus mencari air dari tempat lain. Setelah itu ya harus mencari ke bawah atau minta di drop dari Pemda melalui PDAM di sektor Sleman barat ," kata Supriyono. Saat ini, warga di Kepuharjo dan Glagaharjo sedang berusaha mengalirkan air dari sumber Umbul Wadon yang belum rusak dan berada di kawasan Desa Umbuljaro. Kepala Desa Umbulharjo, Bejomulyo mengatakan sumber Umbul Wadon masih aman dan suplai airnya masih besar sehingga bisa mencukupi untuk tiga desa. "Tapi tentu butuh biaya besar karena harus membangun pipa atau setidaknya membuat saluran darurat yang butuh waktu agak lama," katanya. Kepala Sub Bidang Pengairan Kimpraswil DIY, Djoko Sasongko menyatakan di bawah Kaliadem, di sepanjang Kali Gendol telah dibangun 7 Dam/Sabo penahan aliran lahar Gunung Merapi. Untuk saat ini lanjut Djoko Sasongko Sabo ke 7, 6, 5 telah terpenuhi material pasir dan batu dari Merapi dan sekaligus menghancurkan sumur dan pipa pipa air yang ada didalamnya. Sedangkan untuk Dam/Sabo penahan lahar Merapi nomor 4, yang setiap Dam/Sabo itu mampu menahan material ( pasir dan batu dari Merapi ) lebih kurang 1,5 juta meter kubik . Tinggal ada ruang 1 meter yang belum tersisi. Untuk sabo ke 3, 2, dan 1 untuk smentara masih belum terisi. Sementara itu Pemerintah Kabupaten Sleman saat ini tengah mempersiapkan strategi mitigasi bahaya banjir lahar dingin. Menumpuknya jutaan material merapi di Kaliadem memunculkan resiko banjir lahar dingin ketika hujan datang yang melewati kali Gendol dan Opak. "Kita harus melakukan antisipasi bahaya ini sebelum datangnya musim hujan," kata Bupati Sleman, Ibnu Subiyanto. Salah satu rencana yang sedang disusun adalah kemungkinan dilakukan penambangan secara terbatas di hilir gendol dan Opak. Sehingga jika terjadi banjir lahar dingin akan bisa menampung dan tidak meluap ke pemukiman. "Yang penting kita terus meminta warga waspada akan terjadinya bahaya sekunder Merapi setelah guguran material beberapa hari lalu," kata Ibnu. (AZ/OL-1)Penulis: Amirudin Zuhri Post Date : 17 Juni 2006 |