Warga Menggali Bukit untuk Dapatkan Air

Sumber:Suara Pembaruan - 18 Juli 2006
Kategori:Air Minum
SEMARANG] Kesulitan air membuat warga terpaksa membuat saluran melalui bukit untuk memperoleh air yang dialirkan dari Sungai Blobok. Usaha itu dilakukan warga Dusun Krajan, Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.

Seorang warga dusun tersebut, Kasiyono Kasdi (46), yang ditunjuk sebagai ketua panitia pembangunan pembuatan saluran air, kepada wartawan, Senin (17/7), mengatakan, penggalian saluran melalui bukit kecil di lokasi kebun kopi Banaran itu terpaksa dilakukan karena sedikitnya 600 warga dusun tersebut kesulitan mendapatkan air bersih pada musim kemarau saat ini.

Menurut Kasiyono, pekerjaan itu telah dilakukan secara bergotong-royong oleh kaum pria di dusun itu sejak Sabtu (15/7) lalu, dan diperkirakan baru selesai dalam waktu satu minggu. Ide itu menurutnya merupakan inisiatif warga yang setiap musim kemarau selalu kesulitan air bersih.

Sebab, kalau musim kemarau tiba, air sungai yang biasa dipakai warga menyusut dan berwarna keruh kekuning-kuningan. Warga tak mungkin membuat sumur, karena tanah di wilayah itu berbatu hingga sulit dibor.

''Jangankan buat minum, untuk mencuci baju saja, pakaian warna putih jadi berwarna kuning,'' ujar Kasiyono.

Untuk mendapatkan air bersih, warga terpaksa harus berjalan kaki 3-4 kilometer ke desa tetangga. Untuk mengatasi kesulitan itu, warga berembug bersama kepala desa setempat untuk membuat saluran air dengan cara mengepras (memotong) bukit, yang kemudian mengalirkan air dari sumber air di sungai Blobok.

Karena warga membutuhkan air bersih, air sungai Blobok yang berwarna agak keruh, dialirkan lebih dulu ke lorong yang dibuat warga sedalam tiga meter yang akan diisi dengan pasir, ijuk, dan batu-bata sebagai tempat penyulingan. Dari sini air kemudian dialirkan melalui pipa pralon yang akan dipasang sepanjang 1,5 kilometer, hingga ke bak penampungan air milik warga.

Bak itu telah dibangun beberapa tahun silam, namun tak pernah digunakan, karena kesulitan sumber air. Kini, menurut Kasiyono, bak itu difungsikan kembali.

Dari bak utama berkapasitas 8.000 liter itu, air akan dialirkan ke sembilan bak lain, yang kemudian dialirkan lagi ke rumah-rumah milik warga.

''Total dana untuk pembangunan ini menghabiskan dana Rp 15 juta yang merupakan dana pembangunan desa,'' ujarnya.

Menurut Kasiyono, warga akan dikenakan iuran bulanan untuk mengisi kas desa. Namun untuk sementara, warga ditarik biaya pembelian pipa paralon antara Rp 40.000 hingga Rp 60.000.

Camat Bawen, Partono, yang ditemui saat meninjau kerja warganya, mengatakan, setiap musim kemarau terdapat sedikitnya 1.000 warganya kesulitan air. Selain Desa Asinan, dua desa lain yakni Desa Polisiri dan Desa Kandangan, juga rawan kekeringan, karena wilayahnya yang di dataran tinggi yang kering.

Untuk mengatasi kesulitan warganya itu, Partono mengatakan, pihaknya sudah tiga tahun terakhir mengusulkan pada instansi terkait, yakni Dinas Pekerjaan Umum ( DPU) khususnya bagian pengairan untuk membuat bak penampungan air.

Bak tersebut menampung air yang diambil dari Kali Setri. Tapi sampai sekarang tak kunjung ditindaklanjuti.

''Mungkin biayanya dinilai mahal, sebab untuk mengambil air ke Kali Setri ke bak penampungan harus dengan cara disedot dengan mesin pompa. Dulu waktu dihitung, biayanya sekitar Rp 150 juta-an,'' kata Partono. [142]

Post Date : 18 Juli 2006