|
EHA Nursaleha (65) menggendong cucunya berjalan di rumahnya yang masih digenangi air di RT 04 RW 20 Kp. Cieunteung, Kel./Kec. Baleendah, Kab. Bandung, Senin (3/11). Menurut warga, air luapan Sungai Citarum mulai masuk ke permukiman sekitar pukul 1.00 WIB dan mencapai ketinggian dada orang dewasa pada pukul 3.00 WIB.* USEP USMAN NASRULLOHBALEENDAH, (PR).- Anah (47), Senin (3/11) mengeluhkan gatal di kedua telapak kakinya sejak beberapa hari lalu. "Rabu (29/10-red.) air banjir warnanya hitam dan bau, sejak itu jadi tumbuh kutu air di telapak kaki," kata Anah, yang juga mengeluhkan penyakit batuk dan pusing yang dideritanya. Sarimanah (30) bahkan menghabiskan mayoritas waktunya dengan duduk atau rebahan di atas tempat tidur. Alasannya, telapak kakinya yang sudah dihinggapi kutu air itu menyebabkannya merasa perih ketika berjalan. Keluhan itu juga dirasakan warga lain, Neneng (29). Sejak datangnya banjir, Neneng mengeluhkan gatal dan batuk. Karena puskesmas keliling yang biasanya menghampiri tak kunjung datang, Neneng terpaksa mengobati kutu air di sela-sela jari kakinya dengan salep. "Makanya saya berharap, semoga ada lagi puskesmas keliling seperti tahun lalu," katanya. Normalisasi sungai Di Kota Cimahi, sekitar 200 kepala keluarga di Kp. Babakan RW 2, Kel. Melong, Kec. Cimahi Selatan, mendesak Pemkot Cimahi segera menormalisasi Kali Terusan Cibaligo atau Kali Kiarapayung yang selalu meluap setiap musim hujan. Dalam seminggu ini saja, permukiman warga sudah tiga kali terendam banjir. Tuntutan itu disampaikan sejumlah warga serta pengurus RT dan RW Kp. Babakan, ketika ditemui "PR" di lokasi banjir, Senin (3/11). Hingga siang kemarin, sebagian warga masih membersihkan rumahnya. Jika tuntutan tidak dipenuhi, warga mengancam akan berunjuk rasa. Setelah didesak warga, Ketua Fraksi Demokrat DPRD Cimahi H. Ade Irawan pun meninjau lokasi banjir. (A-136/CA-175)
Post Date : 04 November 2008 |