|
Jakarta, Kompas - Kemarau masih akan berlangsung hingga Oktober mendatang, tetapi warga di sejumlah daerah di Jakarta dan sekitarnya mulai mengeluh kesulitan memperoleh air untuk minum, mandi, cuci dan kakus. Air sumur mulai mengering, sementara pasokan air dari perusahaan air minum juga berkurang drastis. Anissa (25), mahasiswi yang tinggal di rumah kontrakan di Jalan Pramuka, Jakarta Timur, mengatakan sudah dua minggu terakhir ia kesulitan mendapatkan air PAM. "Kalaupun ada, cuma hidup dua jam. Itu pun tengah malam dan mengalirnya cuma sedikit," ujarnya, Sabtu (26/8). Kasiran, pengelola penjualan air di daerah Kapuk Jagal, Cengkareng, Jakarta Barat, juga mengatakan, belakangan ini air PAM mulai tidak lancar. "Tujuh penjual air keliling yang biasa kulakan di sini sekarang harus antre karena air yang datang hanya sedikit. Moga-moga saja air tidak terus berkurang. Sebab, air sumur di daerah sini tidak dapat dipakai karena asin," ujar Kasiran sambil memperlihatkan bak penampungan tempat dia membeli air yang hampir tidak pernah penuh. Sementara itu, sebuah rumah makan khas Sunda di Jalan Pramuka terpaksa menyediakan air untuk cuci tangan kepada pengunjung yang ditampung dalam wadah ember. Seorang pekerja di rumah makan itu mengatakan, hal ini karena pasokan air PAM sangat sedikit. "Aliran air dari PAM sangat kecil," ucapnya. Sumur mengering Di tempat terpisah, Ratna, warga Pejaten, Jakarta Selatan, mengeluh air sumur di rumahnya sudah mulai mengering. "Karena air mulai berkurang, pompa air hidup terus dan terbakar karena panas. Terpaksa ngungsi ke rumah mertua hanya untuk mandi," ujar Ratna. Kondisi lebih parah dialami Jaya Hidayat, warga RT 03 RW 01, Kali Deres, Jakarta Barat. Sudah sejak tiga minggu terakhir, sumur di rumahnya mengering. "Setiap hari, saya sekarang membeli hingga enam pikul air. Sebab, jika dahulu saya hanya membeli air untuk minum dan memasak, sekarang saya juga harus membeli air untuk mandi," kata Jaya sambil menambahkan, jika berlarut-larut, kondisi itu akan menyulitkan ekonomi keluarganya. Sumur yang mulai mengering sehingga harus bergantung pada pedagang air bersih juga dikeluhkan sebagian warga RT 03 RW 15 Kelurahan Paninggilan Utara, Ciledug, Kota Tangerang. Ironisnya, kondisi ini dimanfaatkan sejumlah penjual air bersih dengan menaikkan harga jual dagangannya dari Rp 1.250 per jeriken menjadi Rp 1.500 per jeriken. (PIN/NWO) Post Date : 28 Agustus 2006 |