|
CIAMIS, (PR).-Semakin menyusutnya sumber air tawar di tiga desa yakni Pamotan, Bagolo, dan Emplak, Kecamatan Kalipucang, memaksa warganya mencari air tawar hingga ke Pulau Nusakambangan. Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan mandi maupun mencuci, mereka memanfaatkan air payau. "Kesulitan mendapatkan air tawar ini memang sudah belangsung lama, namun saat musim kemarau seperti sekarang ini, air tawar yang kita butuhkan semakin sulit didapat. Terpaksa harus mencari sampai Nusakambangan," tutur Kepala Desa Pamotan, Kec. Kalipucang, Kab. Ciamis Endang Sukirna, Kamis (9/8). Menurut dia, warga yang menggantungkan pasokan air tawar dari Nusakambangan mencapai 1.500 orang. Untuk mendapatkan kebutuhan dasar itu, warga harus mengeluarkan ongkos angkut yang besarnya mencapai Rp 3.000,00 - Rp 5.000,00 untuk satu jeriken isi 20-25 liter air tawar yang diambil dari pulau tersebut. Untuk mencapai pulau yang saat ini memiliki LP dengan sistem pengamanan maksimum itu, warga harus naik perahu jenis compreng, selama 30 menit. Dari tempat pendaratan perahu, mereka harus berjalan kaki menyusuri hutan menuju sumber mata air tawar. "Paling cepat naik perahu 30 menit, belum termasuk ketika mengangkut air dari hutan. Itu pun kalau gelombang sedang bersahabat, kalau ombak besar bisa lebih lama lagi. Dan tidak mungkin seluruh warga ke sana, jadi ada beberapa warga saja yang menyediakan pengangkutan," ujarnya seraya menambahkan satu jeriken air tawar khusus untuk kebutuhan minum dan masak, habis untuk tiga empat hari. Dia mengungkapkan, saat ini sebagian sumber air di kawasan Kalipucang, Emplak, Bagolo, airnya sudah payau atau sedikit asin. Berkenaan dengan sumber air tawar yang memungkinkan untuk menyuplai ketiga wilayah itu, ia mengungkapkan, bisa diambil dari Sungai Cibodas. Hanya, aliran sungai tersebut sangat jauh. (A-101) Post Date : 10 Agustus 2007 |