GARUT, (PR).- Akibat kerusakan pada mesin pompa penyedot air, ratusan kepala keluarga (KK) di tiga RW di Kampung Ciamanah Desa Sindangratu Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut mengalami kesulitan air bersih. Akibatnya, mereka terpaksa menampung air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
Ditemui Selasa (2/2), penjaga mesin pompa penyedot air, Endang Suryana (42) menyatakan, kerusakan mesin pompa penyedot air sudah berlangsung enam bulan terakhir.
“Akibatnya, pompa tidak bisa menyedot air untuk dialirkan ke rumah-rumah warga. Apalagi, sumur-sumur timba milik warga juga sudah mengering. Jadi, tidak ada sumber air lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Mesin pompa penyedot air tersebut merupakan bantuan dari Departemen Pekerjaan Umum (PU) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Bagian Pelaksana Kegiatan Pengelolaan Air Tanah (PPAT) Jawa Barat.
Dibangun pada 2008, keda-laman sumur mencapai 120 m dengan kapasitas pompa 15 liter/detik. Air dari sumur tersebut digunakan oleh ratusan warga di RW 1, RW 8, dan RW 9 Kp. Ciamanah.
Kerusakan terjadi pada salah satu perangkat mesin di pusat pengeborannya. Perangkat mesin yang rusak tidak bisa didapat di pasaran di Kab. Garut.
Untuk memperbaikinya mesin pompa tersebut harus dibawa ke Cirebon. Parahnya, sebagian perangkat lainnya seperti pipa-pipa saluran air maupun keran raib dicuri orang.
“Kami sudah sempat lapor sama kantor PPAT Jawa Barat agar segera diperbaiki. Katanya, akan melakukan penggantian sparepart yang rusak. Namun, ditunggu-tunggu sampai sekarang belum juga datang,” katanya.
Tadah hujan
Sejak tidak mendapat aliran air dari sumur pompa tersebut, warga banyak yang menadah air saat curah hujan berlangsung. Atau, mereka mengambil air dari sumber air dari desa sebelah, Desa Citangtu.
“Sejumlah rumah tangga memiliki sumur timba yang masih ada airnya, tetapi sangat terbatas. Jadinya, warga saling berbagi air bersih untuk kebutuhan masakan dan minum. Kalau untuk mandi dan cuci baju, ya dicari dari desa lain saja,” kata Iyoh (50), warga setempat.
Jika curah hujan turun, warga cepat-cepat mengeluarkan semua barang yang bisa menampung air. “Mulai dari ember, teko, sampai toples. Supaya bisa menampung air hujan lebih banyak,” katanya.
Ketua RW 9 Abah Bibin (62) mengaku kebingungan menhadapi kesulitan air bersih di wilayahnya. “Musim hujan paling cuma berlangsung dua bulan lagi. Setelah itu, musim kemarau datang dan kami tidak bisa dapat air bersih. Padahal, tidak ada sumber mata air yang bisa dimanfaatkan warga. Minimal, harus ke desa tetangga supaya dapat air bersih,” ujarnya.
Warga berharap Pemkab Garut memberikan perhatian terhadap masalah tersebut. Mesin pompa tersebut harus segera diperbaiki supaya kerusakannya tidak semakin parah. Kesulitan warga mendapat air bersih pun bisa secepatnya tertangani. (A-158)
Post Date : 03 Februari 2010
|