Warga Masih Gunakan Air Sungai

Sumber:Pikiran Rakyat - 02 September 2009
Kategori:Sanitasi

BEKASI, (PR).- Sebagian warga Kota Bekasi terpaksa memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK) karena kesulitan mendapatkan pasokan air bersih. Padahal, air sungai yang mereka gunakan untuk kebutuhan MCK itu telah tercemar limbah pabrik dan bakteri penyebab diare (E. coli).

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Retni Yonti, Selasa (1/9) mengakui masih banyaknya warga Bekasi yang memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan MCK tersebut.

"Kebanyakan mereka yang tinggal di sekitar sungai," kata Retni. Selain itu, curah hujan yang sangat minim akhir-akhir ini juga memaksa sebagian warga menggunakan air sungai untuk mencuci.

Dikatakan Retni, air sungai di Kota Bekasi hampir semuanya telah tercemar limbah pabrik dan rumah tangga. Bahkan, kebiasaan buruk warga di sekitar sungai yang masih membuang hajatnya ke sungai juga menjadi salah satu penyebab tercemarnya sungai di Kota Bekasi. "Di sebagian wilayah kesadaran untuk hidup sehat masih agak rendah sehingga masih terbiasa buang hajat di sungai," ujarnya.

Hal itu yang menyebabkan air sungai di Kota Bekasi telah tercemar bakteri penyebab sakit diare, E. coli. "Sebenarnya sudah tidak sehat lagi untuk digunakan," katanya.

Apalagi, menurut dia, berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi terhadap air kali Bekasi, ditemukan sejumlah zat atau senyawa berbahaya yang terkandung dalam air kali.

Hasil penelitian sampel air kali yang diambil awal Agustus lalu menyebutkan air kali di Kota Bekasi masih mengandung senyawa asam, seperti sulfat (SO4), nitrit (NO2), nitrat (NO3), amonia (NH3), besi (Fe), mangan (Mn), dan organic matter (KMnO4) yang tinggi.

"Makanya, air kali itu tidak layak lagi dikonsumsi karena penyakit yang paling sering timbul, yakni gatal-gatal," katanya.

Namun, masyarakat di sekitar sungai di Kota Bekasi masih sulit untuk mengubah kebiasaan menggunakan air kali untuk MCK. "Habis mau pakai air mana lagi. Sumur tidak ada, saluran PDAM juga belum saya nikmati," kata salah seorang warga Bekasi Utara, Rodiah (47) yang tinggal di sekitar Kali Bekasi.

Biasanya, air kali di depan rumahnya itu dia gunakan untuk mencuci pakaian dan peralatan makan/minum. "Kalau untuk minum beli yang galon," tuturnya.

Air minum

Selama menggunakan air kali ini, Rodiah mengaku tidak merasakan gejala penyakit apa pun. "Memang kalau untuk nyuci baju putih lama-lama warna putihnya berubah agak kuning sih," katanya.

Hal yang sama juga diungkapkan Ahmad (50), warga sekitar Kali Malang. Dia terpaksa menggunakan air kali karena kesulitan mendapatkan pasokan air bersih. "Apalagi, sumur sudah mulai sedikit airnya. Jadi, sayang kalau pakai air sumur untuk nyuci," tuturnya.

Berdasarkan data terakhir, perusahaan daerah air minum (PDAM) memang baru bisa melayani sekitar 40 persen warga Bekasi, baik kota maupun kabupaten. Padahal, idealnya PDAM harus mampu memenuhi kuota air bersih untuk 80 persen penduduknnya.

Sementara itu, cadangan air bawah tanah di Kota Bekasi juga semakin menipis karena pesatnya pembangunan. Oleh karena itu, saat musim kemarau ini, masyarakat di sekitar sungai masih memanfaatkan air kali, walaupun air kali yang mereka gunakan tercemar.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bekasi, Dudy Setiabudhi, mengatakan bahan baku air yang diolah PDAM semuanya dari air Kali Bekasi karena tiga aliran sungai besar yang melintas di wilayah Bekasi, yakni Kali Cakung, sungai Siluman dan sungai Rawa Lumbu tidak bisa dikonsumsi.

Padahal, ketergantungan masyarakat Bekasi terhadap air milik PDAM sangat tinggi. Dalam sehari, satu orang warga rata-rata mengonsumsi 200 liter air, untuk makan dan minum, mandi, dan mencuci pakaian. (A-155)



Post Date : 02 September 2009