|
SEMARANG - Warga yang berada di kawasan Simpanglima masih suka membuang sampah sembarangan. Sementara itu, para pedagang juga tak jarang membuang air kotor di taman atau saluran di wilayah itu. "Memang pada pagi hari saat tidak ada PKL, lapangan Simpanglima relatif bersih," tutur Julia SKB, Humas Hotel Ciputra Semarang. Tapi, saat ada PKL, lapangan itu menjadi kotor dan becek. Hal itu karena mereka masih suka membuang air kotor di trotoar atau jalan. "Selain itu, saya kadang melihat warga, yang duduk-duduk di taman, membuang sampah seenaknya. Padahal, di tempat itu sudah ada tempat sampah," tandas dia. Menurutnya, kebiasaan semacam itu secara berangsur-angsur bisa diubah dengan sosialisasi kepada warga. Masyarakat harus diberitahu tentang fungsi saluran dan risikonya jika tersumbat. Jika kebersihan Simpanglima bisa dijaga, ungkap dia, tamu-tamu dari luar kota dan luar negeri akan senang berjalan-jalan di tempat itu. Sebaliknya, jika selalu kotor, bisa menurunkan citra Semarang di mata para turis itu. Sementara itu, kegiatan Djarum 76 Resik-resik Kutha Suara Merdeka di kawasan Simpanglima, Jumat (3/3) kemarin, diikuti oleh warga, perusahaan, serta aparat Pemkot Semarang di Kecamatan Semarang Selatan dan Semarang Tengah. Kegiatan di Semarang Tengah diawali dengan apel di depan Masjid Baiturrahman, dipimpin Isdiyanto selaku Camat. Apel koordinasi juga dilakukan Kecamatan Semarang Selatan di depan SMA Negeri 1 Semarang. Setelah itu, peserta bekerja bakti membersihkan sejumlah tempat yang telah ditentukan. Karyawan Hotel Ciputra misalnya, mereka membersihkan taman di depan hotel tersebut, sedangkan karyawan Hotel Horison membersihkan sampah di Jalan KH Ahmad Dahlan. Kedua hotel juga menjamu para peserta dengan makanan kecil. Selain para karyawan hotel, terlihat pula warga masyarakat dan aparat Pemkot di wilayah Semarang Tengah mengikuti kerja bakti itu. Mereka membersihkan sampah di Jalan Gajahmada, termasuk di depan Masjid Baiturrahman. Asisten Tata Praja Sekda Kota, Drs Sumargono, mengatakan, warga Kota Semarang sebenarnya bisa dilatih untuk tertib. Ibu Kota Jateng itu bisa mencontoh Singapura. Negeri tersebut memberlakukan hukum yang tegas kepada setiap warga yang membuang sampah sembarangan. Setelah warga sudah terbiasa untuk tertib, menurutnya, Semarang juga bisa mencontoh Australia. Di negeri itu hukuman bagi para pembuang sampah sembarangan jarang dilakukan, karena sejak kecil warganya sudah dididik untuk hidup bersih. "Pendidikan untuk mencintai kebersihan sebaiknya ditanamkan sejak kecil," ungkap dia. Keruk Saluran Saat bersamaan, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang juga mengeruk saluran di depan kantor DPRD Jateng menggunakan begu. Lumpur dan sampah dari saluran itu selanjutnya dibuang menggunakan dump truck. Di sebelah timur tempat itu terlihat puluhan peserta membersihkan taman di Jl Menteri Supeno. Sebelum kerja bakti dilakukan, rumput di taman itu terlihat sudah mulai tinggi. Tanaman liar tersebut juga tumbuh di atas paving taman. "Wah, ini berarti sudah lama nggak dibersihkan," ujar Direktur New Exi Production, Wisnu Pudjonggo. Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota, Suseno, mengatakan, ada taman-taman yang setiap hari dibersihkan, tetapi ada pula yang sepekan sekali. Taman yang setiap hari dibersihkan, misalnya di Tugumuda dan Jalan Pemuda hingga depan kampus Unaki. "Untuk taman di Menteri Supeno, dibersihkan sepekan sekali," kata dia. (G6-44h) Post Date : 04 Maret 2006 |