|
Jakarta, kompas - Warga Kelurahan Marunda dan Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, yang selama ini mengandalkan air ledeng milik PT Thames PAM Jaya (TPJ), kini kesulitan mendapatkan air minum atau air bersih. Marunda merupakan proyek percontohan TPJ untuk seluruh DKI Jakarta pada tahun 1998. Pipa distribusi ke rumah warga (konsumen) tidak lagi rutin mengalirkan air, tetapi air hanya mengalir pada tengah malam pukul 00.00-04.00. Warga yang sudah kecapaian bekerja siang hari harus melek atau begadang untuk mendapatkan air. "Biasanya air mengalir sepanjang 24 jam dan melimpah. Sekarang, saat masuk musim kemarau, air hanya mengalir pada tengah malam pukul 00.00 sampai pukul 04.00. Kadang-kadang air tidak mengalir sama sekali," kata H Taufik Zulfika (50), tokoh masyarakat RW 03 Marunda, kemarin. Rozali Tado (42), Ketua RW 04 Marunda, mengatakan, "Kami terpaksa harus begadang untuk mendapatkan air. Saya bahkan sudah dua hari ini tidak mandi karena airnya tidak mengalir." Lurah Marunda, Agus Setiawan, menuturkan, seluruh 15.000 warganya mengandalkan air bersih dari pipa perusahaan air minum. Tidak ada warga yang mengandalkan air sumur yang biasanya terasa payau. "Saat ini sembilan RW di wilayah saya mengalami kesulitan air minum. Sekalipun disedot dengan mesin pompa, air juga tidak mengalir," katanya. Keterangan yang sama diperoleh Kompas di Rorotan. Direktur Hubungan Eksternal TPJ Ramses Simanjuntak mengakui, tekanan air pada jaringan pipa air bersih yang didistribusikan ke wilayah Jakarta Utara memang belum memadai. Hal ini membuat pelanggan memasang pompa-pompa listrik untuk menyedot air dari jaringan pipa yang ada. "Pemasangan pompa-pompa itu dilakukan pada titik sesudah maupun sebelum meteran yang terpasang. Itu tak diperbolehkan. Bahkan, tindakan itu sebetulnya merugikan pelanggan sendiri," kata Ramses. Ditanya solusi yang harus ditempuh guna mengatasi kekurangan air bersih bagi warga di Jakarta Utara, Ramses mengatakan, saat ini masih terbentur kekurangan investasi untuk menambah tekanan pada jaringan pipa. Ramses juga tidak bisa menjamin untuk memberikan jalan keluar penyaluran air bersih melalui truk-truk tangki. "Itulah sebabnya kami menghendaki ada peningkatan tarif untuk menunjang investasi," kata Ramses. Sementara itu, dampak dari kekeringan juga terlihat pada taman median di Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin (kawasan yang merupakan wajah Jakarta). Rumput di sebagian taman yang merupakan median kedua jalan protokol tersebut terlihat mulai kering dan berwarna kecoklat-coklatan. Sebagian rumput di kawasan Taman Monumen Nasional (Monas) terlihat mengering pula. Rumput yang kering terlihat di beberapa lokasi di Taman Monas seperti di sisi barat (Jalan Medan Merdeka Barat), dekat tempat pemeliharaan rusa totol (Jalan Medan Merdeka Selatan), dan Jalan Medan Merdeka Timur. Rumput mengering juga terlihat di sejumlah taman interaksi warga, seperti di Taman Manggarai, Cideng Barat, dan Tanah Kusir. Pemandangan sama terjadi di median Taman Gunung Agung dan sebagian taman di Jalan Kebon Sirih, terutama sisi kiri (dari arah Thamrin). (CAL/PIN/NAW) Post Date : 15 September 2006 |