Pertengahan tahun 2007 di Dusun Sengkelok, Desa Pemongkong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Petugas dari Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Sosial merasa risi karena tiap kali minum air kemasan dalam botol plastik selalu diamati beberapa ibu rumah tangga yang tengah diwawancarainya.
Sang petugas baru tahu jawabannya setelah sisa air mineral dalam botol yang sudah diminumnya itu diminta beberapa ibu rumah tangga untuk diminum. Sang petugas tidak kuasa menahan cucuran air matanya, kemudian meminta sopir mobil Dinas Sosial Lombok Timur membeli air mineral beberapa kotak di desa terdekat.
”Beginilah kondisi kalau musim kemarau,” ujar H Najamudin, staf Dinas Sosial Lombok Timur, yang sekaligus menceritakan peristiwa di atas. Sambil berkelakar, Najamudin mengatakan, alam situasi seperti itu, tiap kepala keluarga mesti punya selembar handuk kecil. ”Handuk kecil itu dibasahi air segelas, lalu digunakan untuk membasahi sekujur tubuhnya, ya mandilah,” ucapnya.
Penduduk Pulau Lombok bagian selatan kini mulai mengalami krisis air bersih. Akibatnya, selain warga kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus, juga lahan pertanian mereka tidak bisa digarap.
”Dua minggu belakangan ini, kami memasok air bersih ke dusun-dusun tertentu, terutama di Lombok Timur bagian selatan,” ujar Kepala Dinas Sosial NTB Bachrudin, yang mengawal langsung distribusi air bersih ke beberapa dusun di Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, 80 kilometer timur Mataram, ibu kota NTB, Sabtu (11/7).
Kecuali Desa Pemongkong (10 dusun) yang kekurangan krisis air, defisit air bersih juga terjadi di Lombok Tengah. Menurut Kepala Dinas Sosial Lombok Tengah Lalu Agus Ansori, tercatat Kecamatan Praya Barat, Praya Timur, Praya Barat Daya, dan Penujak (33 desa) kekurangan air bersih.
Hal yang sama juga dialami warga di sejumlah dusun di Lombok Barat, terutama daerah perbukitan Kecamatan Batu Layar (seputar obyek wisata Senggigi) dan Kecamatan Sekotong, kata Bachrudin. Dua wilayah ini adalah obyek wisata di Lombok.
Menurut Agus, dusun-dusun di kawasan pantai di Lombok Tengah memang sumurnya berisi air, tetapi airnya asin dan hanya digunakan untuk mandi.
Untuk kebutuhan air minum, warga beberapa dusun di Desa Pemongkong membeli air dari pemilik truk tangki seharga Rp 2.500-Rp 3.000 per 30 liter. Atau seperti penduduk Dusun Kelongkong, Desa Bilebante, Lombok Tengah, yang mengambil air ke sumur milik seorang warga desa tetangganya di Desa Kidang. Mereka bergerombol jalan kaki ke sumber air berjarak 2 kilometer dari dusun itu.
Dinas Sosial NTB bekerja sama dengan Dinas Sosial Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur berupaya mendistribusikan air bersih meski intensitasnya terbatas. Misalnya, dengan empat mobil tangki berisi 5.000 per truk, distribusi air dilakukan sekali dalam 2-3 hari ke 24 titik di Desa Pemongkong.
Adapun di Lombok Tengah, satu mobil tangki menggilir pengiriman air ke-33 desa di Lombok Tengah bagian selatan.
”Keran air baru mengucur mulai pukul 01.00 sampai pukul 07.00,” ujar Agus tentang pergiliran air bagi konsumen PDAM di Praya, ibu kota Lombok Tengah. (RUL)
Post Date : 13 Juli 2009
|