|
Ungaran, Kompas - Menghadapi musim kemarau, pemerintah daerah diminta tidak hanya fokus menyediakan air bersih. Petani yang lahannya mulai kekurangan air irigasi juga harus mendapat bantuan air. Hal itu karena petani yang tidak mau gagal panen terpaksa harus membeli air dari sumber air Rp 75.000 per tangki isi 5.000 liter. "Tersedianya mobil tangki milik pemerintah provinsi di sejumlah daerah sebaiknya dimanfaatkan pula untuk droping air bagi pemilik lahan tanaman padi yang siap panen. Awal kemarau ini biasanya justru petani yang memerlukan bantuan air untuk mempertahankan tanaman padinya," kata Ketua Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera (PPNS) Jawa Tengah Riyono, Senin (16/7) di Ungaran. Menurut Riyono, tidak kurang lebih 1.000 hektar tanaman padi milik petani di Kendal, Kabupaten Semarang, Demak, dan Grobogan, membutuhkan bantuan air. Tanaman mereka siap panen dalam beberapa minggu, kini kesulitan air setelah pasokan air dari saluran irigasi waduk-waduk yang ada tidak mencukupi. Di Kendal misalnya, petani terpaksa harus membeli air dari mobil tangki yang mengambil air di sumber air di Boja, Kabupaten Kendal. Mobil tangki itu kebanyakan milik swasta, biasanya mengambil air gunung untuk keperluan pengolahan air bersih isi ulang atau air dalam kemasan. Dia mengingatkan, kekurangan pasokan air di saat volume isi waduk menyusut makin diperparah dengan kerusakan di sejumlah ruas saluran irigasi yang ada di tingkat petani. Musim kemarau ini, setelah petani panen padi, biasanya dimanfaatkan untuk perbaikan saluran irigasi di tingkat petani secara bertahap. Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Jateng Arief Zayyn memperingatkan, sejumlah daerah langganan kekeringan seperti Grobogan, Pati, Blora, Wonogiri, Sragen, Boyolali, dan Purworejo perlu diwaspadai. Kemarau yang melanda daerah tersebut menyebabkan penduduk tidak hanya kekurangan air, tetapi diperkirakan juga meningkatkan ancaman rawan penyakit seperti demam berdarah, malaria, radang tenggorokan, dan diare. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang Achmad Kadarisman secara terpisah mengemukakan, warga yang daerahnya kekeringan bisa mengajukan pembuatan sumur artesis kepada Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang. Pembuatan sumur itu akan dilakukan DPU Kota Semarang dan dibiayai Pemerintah Kota Semarang. Di Kota Tegal, sedikitnya sembilan dari 27 kelurahan di Kota Tegal rawan kekeringan pada musim kemarau ini. Sembilan kelurahan yang rawan kekeringan terdiri dari Kelurahan Panggung, Mintaragen, Muarareja, Tegalsari, Pesurungan Kidul, Kemandungan, Bandung, Kalinyamat Kulon, dan Pesurungan Lor. Sembilan kelurahan tersebut meliputi 8.918 keluarga dan 32.349 jiwa. (WHO/HEN/WIE) Post Date : 17 Juli 2007 |