|
JOMBANG -- Kondisi Wonosalam, Jombang, Jawa Timur, usai banjir bandang empat hari lalu, berangsur pulih. Lumpur, batu, dan kayu yang menghalangi jalan dan sungai sebagian sudah dibersihkan. Tapi ratusan warga korban banjir di sejumlah desa di Wonosalam dan Ngoro, memerlukan bantuan minum dan makanan. Hingga Jumat (27/1), warga masih kesulitan mendapatkan air bersih untuk keperluan MCK dan memasak karena seluruh sumber air dan sumur kemasukan lumpur. Warga juga memerlukan pasokan makanan untuk menyambung hidup. Bantuan makanan dan air mineral yang mereka terima pada Rabu (25/1), sudah menipis. ''Warga perlu air bersih terutama untuk masak dan mandi. Bantuan makanan persediaannya sudah menipis,'' ujar Saelan, warga Dusun Pengajaran Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam. Kesulitan air bersih akan berdampak pada kondisi kesehatan mereka yang rentan terhadap penyakit kulit dan diare. Warga korban banjir yang rumahnya rusak dan harta bendanya lenyap, juga membutuhkan bantuan pakaian layak pakai serta minyak tanah untuk keperluan memasak. Kemarin banyak warga mulai membersihkan rumahnya. Kayu yang berserakan dikumpulkan untuk memperbaiki rumah yang rusak. Satlak Penanggulangan Bencana Pemkab Jombang, personel TNI, dan Polri, turun tangan dibantu alat-alat berata. Pada Kamis (26/1), anggota Komisi VIII DPR RI mengunjungi lokasi. Safriansyah, salah seorang anggotanya, menilai, banjir bandang di beberapa daerah memang tidak lepas dari praktik pencurian kayu (illegal logging). ''Apalagi kalau melihat kondisi hutan di Kalimantan dan Sumatera, sudah sangat memprihatinkan sekali,'' katanya. Namun, Camat Wonosalam, Santoso, membantah adanya pembalakan hutan di wilayahnya. Sebab, yang longsor itu sebetulnya masuk wilayah Malang, bukan Jombang. ''Wonosalam hanya terkena imbasnya dari longsoran tersebut,'' ungkapnya. Sedangkan kayu-kayu gelondongan yang terbawa arus hingga ke hilir sungai, menurut Santoso, berasal dari tebing yang longsor, lalu hanyut bersama air bah. Sementara kayu yang dipotong-potong, ia berkilah, dilakukan tim relawan yang dibentuk Pemkab saat membersihkan arus sungai dari mulai hilir sampai hulu yang ada di Wonosalam. Sedangkan kepanikan warga saat banjir susulan datang di Jember, ternyata tidak berlangsung lama. Setelah sempat mengungsi, ratusan warga Panti akhirnya kembali ke rumahnya. Seharian kemarin curah hujan dikawasan Panti memang mereda, membuat debit air di Sungai Dinoyo dan Kaliputih menurun. ''Setelah air sungai surut, banyak warga yang kembali ke rumahnya,'' kata Suryadi, tokoh masyarakat di Suci. Namun, menurut Suryadi, masyarakat masih diliputi rasa was-was. Trauma banjir bandang 1 Januari itu sulit dihilangkan dari benak warga. Atas situasi yang tidak menentu ini, Satorlak PBP meningkatkan kesiagaannya. (edo/arz ) Post Date : 28 Januari 2006 |