Warga Konsumsi Air Berlumpur

Sumber:Pikiran Rakyat - 05 Agustus 2009
Kategori:Air Minum

GARUT, (PR).- Ratusan warga di Kel. Ciwalen, Kec. Garut Kota, Kab. Garut, terpaksa menggunakan air sumur yang sudah berbau dan kecokelatan karena bercampur lumpur. Pasalnya, kekeringan yang melanda kawasan tersebut menyebabkan debit air di sumur berkurang dan hanya menyisakan lumpur tebal.

Hal itu diakui warga RT 3 RW 10 Kel. Ciwalen, Nia Zulkarnaen (32), ketika ditemui di lokasi, Selasa (4/8). "Air sumur sudah tidak bisa dipakai lagi buat mandi. Warnanya cokelat, keruh, dan ada bau tidak sedap," ujarnya.

Air sumur yang dimaksud berada di lokasi mandi cuci kakus (MCK) yang merupakan bantuan dari PNPM Mandiri Perkotaan. Sumur tersebut dimanfaatkan oleh warga dari RW 7-10 dan RW 12.

Sejak musim kemarau datang, air sumur tersebut mulai menguning, seperti karat. Kalau musim hujan, kondisi air cukup jernih sehingga bisa dipakai untuk konsumsi air minum.

"Pada saat kemarau, kondisi air sangat parah. Jika digunakan untuk mandi, meninggalkan kesan anyir di tubuh. Apalagi, kalau dipakai keramas, malah rambut jadi kotor," ucap Nia.

Bagi warga yang memiliki uang, air untuk minum tinggal membeli air galon. Meski setelah disaring, tetap bau. Warga setempat tetap memanfaatkan air tersebut untuk kebutuhan minum karena tidak punya pilihan lain. "Tapi, kalau warga yang keuangannya minim, air sumur ini tetap dipakai untuk minum, paling didiamkan sebentar biar lumpurnya tersaring," ucapnya.

Darmono, 36, seorang warga, menyatakan, sejak musim kemarau datang, sumur milik warga mulai menguning.

"Baunya seperti karat, airnya menguning. Kalau musim hujan, kondisinya tidak seperti sekarang. Pada saat kemarau, kondisi air sangat parah," ujarnya.

Hal serupa diungkapkan warga lainnya, Ecin (65), Kebanyakan warga tidak punya kamar mandi sendiri karena minimnya lahan di sini. Apalagi, di kawasan tersebut tidak terdapat saluran drainase meski berdekatan dengan Sungai Ciwalen dan Sungai Cikendi.

"Kalau terus dipakai airnya, kami khawatir menimbulkan gatal-gatal atau penyakit lainnya. Kami minta solusi dari pemerintah agar memperhatikan kondisi kekurangan air bersih di sini," ungkapnya.

Buangan limbah

Menanggapi hal itu, Lurah Ciwalen Dudung Sukmana menyatakan, kondisi tersebut terjadi karena minimnya ketersediaan air bersih di kawasan tersebut.

"Dari jumlah warga 2.151 KK di Ciwalen, sekitar 40 persen di antaranya tidak punya sumber air sendiri sehingga banyak menggunakan air sumur," ujarnya.

Buruknya kualitas air di sumur yang dimanfaatkan permukiman warga tersebut, ujar Dudung, selain akibat musim kemarau juga dipengaruhi pembuangan limbah yang terjadi di Sungai Ciwalen.

"Lokasi warga sangat berdekatan dengan sungai, lama-kelamaan air sumur itu terkena rembesan dari Sungai Ciwalen yang dipenuhi limbah kulit dari produksi pengolahan kulit Sukaregang," ungkapnya.

Dia prihatin atas sikap warga yang kerap memaksakan kondisi air tersebut untuk tetap digunakan. Sejumlah cara dilakukan warga untuk menyiasatinya, di antaranya menyaring air menggunakan kain. (A-158)



Post Date : 05 Agustus 2009