Kulon Progo, Kompas - Warga Kecamatan Kokap yang tinggal di Perbukitan Menoreh kini mulai kesulitan mencari air untuk keperluan rumah tangga. Debit mata air terus menyusut dan pipa penyalur air baku dari Waduk Sermo yang diharapkan bisa menolong krisis ini belum juga difungsikan.
Disampaikan tokoh masyarakat Kokap, Sutrisno, krisis air sudah terjadi merata di lima desa. Yang terparah dialami warga Desa Hargowilis, Hargotirto, dan Kalirejo. Ketiga wilayah desa ini berada di perbukitan.
Dari hasil pengamatan lapangan yang dilakukan Senin (22/6) kemarin, aliran sungai di tiga desa itu mulai mengering. Terlihat beberapa penduduk mulai mencari air dengan jeriken ke mata air-mata air yang masih mengalir.
"Sekarang jarak yang ditempuh masih cukup dekat, hampir satu kilometer untuk mencari air. Akan tetapi, di saat kemarau sudah mencapai puncaknya, kami bisa berjalan berkilo-kilometer hanya untuk mendapatkan air," ucap Suyud (37), warga Dusun Clapar III, Desa Hargowilis.
Warga juga mengeluhkan pipa penyaluran air baku yang tidak berfungsi. Pipa-pipa tersebut menyalurkan air dari Waduk Sermo menuju bak-bak penampungan di atas bukit. Warga yang membutuhkan air bisa mengambilnya di bak penampungan atau menyalurkannya melalui selang plastik.
Kepala Desa Hargowilis Dalijan mengakui pipa tersebut belum difungsikan dengan alasan ketiadaan biaya. Pemerintah desa tidak sanggup menanggung besar anggaran penyaluran air yang mencapai Rp 80.000 sampai Rp 100.000 per hari.
"Biaya itu dibutuhkan untuk membeli solar sebagai bahan bakar mesin diesel pengangkat air. Kemungkinan pipa penyalur air baku itu baru akan kami fungsikan saat puncak musim kemarau, sekitar Agustus sampai September nanti," kata Dalijan. (YOP)
Post Date : 24 Juni 2009
|