Warga Khawatir Banjir Susulan

Sumber:Indo Pos - 15 Desember 2006
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
JOGJA - Meluapnya air Kali Mambu yang terjadi Rabu sore (13/12), kemarin telah surut. Namun, warga Pandeyan dan Kotagede mengaku masih ketakutan bila kejadian serupa terulang lagi.

Oleh karena itu, mengantisipasi terjadinya banjir susulan secara mendadak, warga RT 31 RW 8 Pandeyan melakukan kerja bakti. Mereka membersihkan pohon-pohon yang roboh di sungai.

Selain itu, warga juga langsung memasang bronjong di titik-titik yang dikhawatirkan rawan longsor. Sementara itu, kesibukan serupa juga terlihat di Abiyasa Gallery yang seluruh bangunannya runtuh diterjang banjir.

Rumah seni milik pengusaha Ambar Polah yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan 83 itu hancur setelah pondasi bangunan roboh. Ambrolnya pondasi membuat rumah yang berisikan barang-barang seni berharga itu runtuh.

Mengantisipasi banjir susulan, para karyawan Abiyasa Gallery memindahkan barang-barang seni yang masih bisa diselamatkan. Ambrolnya bangunan itu membuat Yani, istri Ambar Polah, hanya tertunduk lemas. "Ya, mau gimana lagi," tuturnya sembari menahan tangis.

Lantas, berapa besar kerugian? Yani memperkirakan kerugian yang ditanggung sebesar Rp 1 miliar lebih. Karena rumah yang hancur itu menjadi tempat menyimpan barang-barang kerajinan yang berhasil diselamatkan dari showrom di Bantul yang rusak saat gempa 27 Mei lalu.

Meluapnya air Kali Mambu juga mengakibatkan warga Pandeyan mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Aliran air yang cukup deras itu tidak hanya merusakkan taman. Namun, juga membuat jalan aspal yang menghubungkan perkampungan dengan Jalan Perintis Kemerdekaan itu tidak dapat digunakan lagi karena seluruh badan jalan ambrol.

Akibatnya, tidak ada lagi ruas jalan yang dapat dilewati meski untuk pejalan kaki. Bila peristiwa itu terulang lagi, warga mengkhawatirkan rumah warga dan Balai RT yang letaknya persis di sebelah barat dinding sungai.

Jika kerugian yang ditangung Abiyasa Gallery mencapai Rp 1 miliar lebih, kerugian warga Pandeyan diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. "Kerugiannya bisa di atas Rp 100 juta," kata Sudaryantoro, pengurus RT 31 RW 08.

Sementara itu, mencegah semakin melebarnya rekahan dinding maupun jalan yang dilewati kendaraan berat, Dinas Kimpraswil Kota Jogja langsung menempatkan sejumlah aparat. Kimpraswil juga mengirim bronjong untuk dipasang di titik-titik rawan.

"Kerusakan akan segara kita perbaiki. Terutama menyangkut fasilitas umum," kata Kepala Dinas Kimpraswil Ir Eko Suryo Maharsono. Meski demikian, warga menganggap ambrolnya dinding dan bangunan rumah akibat keteledoran Pemkot Jogja.

Warga menuding pemkot asal-asalan membangun bronjong. Seharusnya bronjong dipasang di dinding yang terletak di sebelah barat. Namun, bronjong pengaman itu justru dipasang di sebelah timur. Warga menyayangkan sikap pemkot yang tidak responsif menyikapi keadaan.

"Ini sama saja mengulang kejadian serupa yang terjadi 28 Maret lalu. Bagaimana ini?" tanya seorang warga dengan nada kesal.

Selain Abiyasa Gallery, dua rumah di sisi barat juga terancam ambruk. Rumah itu milik Handoyo dan Darojatun. Bahkan kemarin sudah dikosongkan pemiliknya. Kondisi rumah Darojatun terlihat parah. Tanah di bawahnya sudah tergerus.

"Ini akan sangat berbahaya jika hujan tiba," ujar seorang relawan dari Tagana (Taruna Siaga Bencana) Kotagede yang kemarin berada di lokasi bersama puluhan anggota lainnya.

Beberapa bangunan lain juga terancam. Misalnya Kantor PJTKI Mitra Muda Reksa Mandiri (MMRM), Kantor Pengacara-Konsultan Hukum Suhardjito SH. Serta, Hotel Bintang Fajar yang juga milik Ambar Polah. "Saya juga khawatir kalau nanti kantor saya ikut tertarik akibat amblesnya galeri ini," kata Direktur MMRM M Irfan Islami. (uki/din)



Post Date : 15 Desember 2006