Warga Kesulitan Air

Sumber:Kompas - 25 Juni 2009
Kategori:Air Minum

Palembang, Kompas - Ratusan warga di Kecamatan Alang-Alang Lebar dan Gandus, Kota Palembang, mulai kesulitan air bersih. Hal ini terjadi karena warga tidak memiliki cukup air bersih yang biasanya ditampung dari air hujan dan sungai akibat ketiadaan hujan selama dua pekan terakhir.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, sebagian warga harus menggunakan air sumur yang keruh. Sebagian lainnya harus membeli air bersih dari pedagang keliling.

Menurut Taufik Rachman (39), Rabu (24/6), warga Kelurahan Karya Baru, Alang-Alang Lebar, kekurangan suplai air bersih ini sudah dirasakan sejak dua minggu lalu seiring dengan mulai datangnya musim kemarau.

”Selama musim hujan, kami biasa mendapatkan air bersih dengan cara mengendapkan air hujan selama beberapa hari. Air hujan ini ditampung ke dalam sebuah tong besar, diendapkan, kemudian setelah jernih dialirkan ke tempat penampungan air bersih,” katanya.

Akan tetapi, kata Taufik, pola seperti itu sudah tidak bisa dilakukan lagi mengingat hujan sudah lama tidak turun.

Nurjaman (43), warga desa lainnya, menambahkan, dia juga tidak bisa lagi menggunakan air sumur karena surut akibat kemarau. Sejak bulan lalu sampai sekarang air sumurnya sudah mulai berkurang hingga sekitar 2 meter.

”Jika dilihat, air sumurnya memang masih ada. Namun, praktis kini sudah tidak bisa digunakan lagi karena walaupun telah diendapkan atau disaring, airnya tetap keruh,” katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Taufik dan Nurjaman harus membeli air bersih untuk minum dan masak seharga Rp 800 per liter.

Meski demikian, kesulitan warga mendapatkan air bersih yang sudah dirasakan sejak dua pekan ini tertolong dengan datangnya hujan pada Rabu sore. Air hujan yang disertai angin kencang ini juga dirasakan warga di kawasan pinggiran perkotaan yang merupakan daerah sulit air bersih.

Musi surut

Di sisi lain, dampak musim kemarau juga terlihat dari surutnya air Sungai Musi dan sejumlah anak sungainya, antara lain Sungai Sekanak dan Sungai Bendung.

Menurut Sulaiman (43), warga Sekanak sekaligus pemilik kapal ketek, ketinggian air Sungai Musi ini menurun perlahan-lahan sejak sebulan terakhir. Saat ini, air sungai sudah surut hingga sekitar 3 meter.

Bagi tukang sewa perahu ketek seperti dirinya, fenomena surutnya air Sungai Musi sangat merugikan. Alasannya, dia tidak bisa lagi menambatkan perahu di bibir dermaga sehingga jumlah warga yang menyewa perahu ketak ini menjadi berkurang.

”Ini terjadi karena warga tidak mau bersusah payah menyusuri bibir dermaga sampai pinggiran sungai yang kering. Surutnya air Sungai Musi membuat kapal ketek kami harus ditambatkan dengan jarak sekitar 10 meter hingga 20 meter dari bibir dermaga. Inilah yang membuat warga enggan,” katanya. (ONI)



Post Date : 25 Juni 2009