Warga Kesulitan Air Bersih

Sumber:Pikiran Rakyat - 02 Januari 2010
Kategori:Air Minum

SOREANG, (PR).- Pascabanjir bandang di Kec. Majalaya, Kec. Ibun, dan Kec. Paseh Kab. Bandung pekan lalu, sejumlah warga mengeluh kesulitan memperoleh air bersih, karena  sumur mereka kini bercampur lumpur.

Kepala Desa Tanggulun, Kec. Ibun Dudu Kosasih, Jumat (1/1) mengatakan, air yang diambil dari sumur warga hanya bisa digunakan untuk mandi  dan mencuci. Sementara untuk minum, warga harus mengambil air dari pabrik  di Kp. Panggilingan atau minta kepada warga yang sudah menggunakan air PDAM. ”Biasanya, agar air sumur bisa jernih lagi dan siap minum butuh waktu sampai satu bulan  setelah banjir,” ucap Dudu.

Setelah banjir surut, kata Dudu, ia  menggilir pemakaian tiga pompa air untuk menyedot lumpur dan sisa banjir dari  sumur-sumur warga. ”Lumpur sudah tersedot, tapi tetap saja kondisi airnya masih keruh dan tidak bisa untuk minum,” katanya.

Menurut Dudu, sekitar dua puluh persen warga Desa Tanggulun sudah memakai air dari PDAM.  ”Jadi, warga juga banyak yang meminta air kepada mereka,” ucapnya.

Warga Desa Majasetra Kec. Majalaya, Engkos (36), mengatakan setelah banjir, air di rumahnya biasanya berubah keruh sekitar 1-2 minggu hingga tak layak minum. ”Tingkat kekeruhannya tergantung jarak sumur dengan lokasi banjir,” ucapnya.

Kesulitan air bersih layak minum juga dialami warga Kp. Cieunteung Kel./Kec. Baleendah. Walaupun banjir sudah mulai surut sejak Jumat (1/1) dini hari, warga masih kesulitan mendapatkan air bersih untuk konsumsi.

”Kalau untuk mandi dan mencuci, masih bisa.  Akan tetapi, kalau untuk minum tidak bisa,” kata Jaja, Ketua RW 20 Kp. Cieunteung. Dia  mengatakan, untuk mendapatkan air minum, warga banyak yang memilih untuk mengambil dari pabrik yang berlokasi di Kp. Cieunteung.

”Kalau tidak mengambil air dari pabrik, warga biasanya membeli air minum isi ulang,” ucap Jaja. Kondisi air di sumur warga Kp. Cieunteung saat ini, kata  Jaja, berwarna keputihan, tetapi tidak berbau.

Hingga kemarin, Jln. Mekarsari yang merupakan jalan utama Kp. Cieunteung sudah tidak digenangi banjir.  Sementara di RT 001, 002, dan 004 RW 20, air masih menggenang antara 20-30 cm.

Kaporit dan lisol

Kepala Dinas Kesehatan Kab. Bandung Ahmad Kustijadi ketika ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu mengatakan, pihaknya telah memberi bantuan kaporit dan lisol bagi daerah yang kondisi banjirnya sudah surut seperti Kec. Majalaya, Paseh, dan Ibun. Sementara untuk Kp. Cieunteung, akan diberikan ketika banjir benar-benar surut. Upaya itu dilakukan untuk menekan penyakit diare yang dikhawatirkan merebak pascabanjir.

”Ketika banjir surut, warga tidak boleh lupa untuk menaburkan kaporit dan memberikan lisol agar benih penyakit tidak semakin menyebar,” ucap  Ahmad. Ia mengatakan, Dinkes Kab. Bandung masih memiliki stok kaporit dan lisol yang cukup untuk dibagikan kepada warga. (A-175)



Post Date : 02 Januari 2010