|
Palembang, Kompas - Musim kemarau di Palembang saat ini menyebabkan sejumlah sungai yang menjadi sumber air bagi masyarakat kering. Akibatnya, guna mendapatkan air bersih, sebagian warga terpaksa mengantre untuk membeli air secara eceran. Berdasarkan pantauan, Rabu (16/8), warga di beberapa kecamatan yang kesulitan air mengantre untuk membeli air eceran dengan harga Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per drum berisi 200 liter. Air itu digunakan untuk berbagai keperluan, seperti minum, memasak, mencuci, dan mandi. Di RT 42 RW 11, Kelurahan 5 Ulu, warga mengantre sejak pagi. Air bersih dibeli dari tetangga yang berlangganan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi atau sumber air umum milik PDAM. Namun, air dari PDAM hanya dialirkan pada pagi dan sore hari. Menurut warga, mereka nyaris tidak bisa lagi mengandalkan air Sungai Kedukan yang telah mengering. Di musim kemarau, sungai itu biasanya digenangi air pada malam hari saat air pasang. Dar (50), warga RT 42 RW 11, menuturkan, ia harus mengeluarkan biaya Rp 2.500 per hari untuk membeli air. Yati, warga RT 28 RW 11, Kelurahan 9-10, menuturkan, ia setiap hari mendatangi rumah tetangga yang berlangganan air PDAM untuk membeli air Rp 3.000 per drum. Pasokan air dari PDAM sendiri tidak menentu. Air sering tidak mengalir sepanjang hari sehingga warga semakin kesulitan mendapatkan air. Zukiah, warga RT 42 RW 11, mengatakan, air dari PDAM pernah macet selama seminggu bulan Juli lalu. Ketua RT 28 RW 11 Sarwo Edy berharap pemerintah menyediakan fasilitas umum air bersih yang memadai untuk masyarakat dengan biaya terjangkau. Kesulitan air bersih dirasakan warga hampir sepanjang tahun. (lkt) Post Date : 18 Agustus 2006 |