|
Cilacap, Kompas - Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Inilah yang sedang dialami sebagian besar warga desa di Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap. Setelah perairan Laguna Segara Anakan dangkal sehingga mengakibatkan tidak ada ikan, kini mereka mulai kesulitan memperoleh air bersih, seperti terlihat Kamis (8/6). "Warga di sini sedang sengsara. Sekarang warga kesulitan air bersih. Untuk memperoleh air bersih, warga harus mencari ke Pulau Nusakambangan atau membeli dengan harga antara Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per liter," kata Sugeng, warga Desa Panikel, Kampung Laut, Kamis. Di desanya memang ada bak penampung air bantuan dari Pemerintah Kabupaten Cilacap. Tetapi, kualitas air dari bak penampungan itu tak layak untuk keperluan masak, apalagi untuk diminum. Dikatakan Sugeng, kekurangan air bersih yang dialami warga Penikel kali ini di luar kelaziman. Karena, seperti tahun sebelumnya kesulitan mamperoleh air bersih itu baru terjadi pada puncak musim kemarau. "Tetapi, tahun ini kesulitan air bersih sudah terjadi menjelang kemarau," papar Kustoro, warga lainnya. Sumber air di Desa Klaces, desa yang terdekat dengan Desa Panikel kini praktis sudah mengering. Menurut Kustoro, mengeringnya sumber air di Desa Klaces itu sebagai dampak degradasi lingkungan dan pendangkalan Laguna Segara Anakan. Pendangkalan itu terjadi karena tingginya sedimentasi dari Sungai Citanduy. "Nelayan kini untuk mencari satu kilogram ikan di Laguna Segara Anakan sulitnya bukan main. Entah bagaimana nasib laguna yang kondisinya sudah sangat kritis ini. Padahal, laguna ini merupakan habitat ikan, udang, dan biota laut lain," ujar Kustoro, yang juga aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM ) Jaga Laut. Rencana penyudetan alur Kali Citanduy sepanjang 3,5 kilometer untuk memindahkan muaranya kini terkatung-katung sebab Menteri Negara Lingkungan Hidup (LH) waktu itu Nabiel Makarim membatalkan rencana itu. Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) pun sejak akhir Maret 2005 menghentikan bantuan konservasi Laguna Segara Anakan sebagai dampak dibatalkannya rencana penyudetan itu. Pertemuan aktivis Ditemui terpisah, Rasino, Ketua Ikatan Masyarakat Kampung Laut (Imkal), mengatakan, ia telah bertemu aktivis Gabungan Anak Selatan (GAS), sebuah LSM dari Pangandaran, Kabupaten Ciamis (Jawa Barat) untuk membahas pendangkalan Segara Anakan. "GAS merupakan LSM yang berpengaruh di Pangandaran. Mereka memberi sinyal akan mendukung warga Kampung Laut sehingga rencana penyudetan Sungai Citanduy untuk memindahkan muaranya dari Segara Anakan ke laut bebas di Nusawere, Ciamis, bisa direalisasikan," jelasnya. Pertemuan Imkal dengan GAS di Pangandaran, pekan lalu. GAS menyanggupi pula untuk menyosialisasikan rencana penyudetan itu kepada warga Pangandaran dan Ciamis. Bahkan, GAS juga akan membantu melobi Menneg LH supaya mencabut surat pembatalan rencana penyudetan Sungai Citanduy itu. (nts) Post Date : 09 Juni 2006 |