|
TANGERANG -- Musim hujan yang mulai deras-derasnya di bulan ini rupanya tidak berpengaruh bagi warga di Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang. Buktinya, sebanyak 47.548 warga tersebar di sepuluh desa di Kecamatan Kronjo kekurangan air bersih. ''Sudah hampir tiga bulan, sekitar 800 kepala keluraga di desa saya kesulitan untuk mendapatkan air bersih,'' ujar Daman, Kepala Desa Kedaung, salah satu desa di Kecamatan Kronjo, Rabu (21/9). Sepuluh desa yang sangat kekurangan air bersih diantaranya, Desa Muncung, Mekar Baru, Cijeruk, Waliwis, Jenggot, Kedaung, Pagedangan.Menurut Suprayitno, warga Desa Pegedangan Hilir, dia terpaksa menggunakan air yang berasal dari sumur yang airnya bau dan kotor untuk mandi dan cuci. ''Padahal sumur kami sudah sedalam 100 - 200 meter, itu saja kadang gak ada airnya,'' ujarnya. Untuk air minum, Suprayitno dan keluarga harus membeli air, meskipun kadang-kadang menggunakan air Sungai Cimenceri yang dijernihkan dengan tawas. Camat Kronjo, Kusnadi membenarkan bahwa sekitar 60 persen warganya, atau sekitar 48 ribu dari total 79.248 jiwa warganya mengalami kesulitan air. ''Kesulitan air bersih dialami warga baik musim kemarau atau hujan, yang paling parah, seperti saat ini pada musim kemarau.'' Lebih lanjut, Kusnadi mengatakan, kesulitan air bersih saat musim kemarau karena sumur tidak berair. "Bila sumur berairpun rasa airnya antah (kurang baik-red) dan asin," tuturnya. Kecamatan Kronjo adalah salah satu kecamatan di wilayah Pantai Utara Kabupaten Tangerang yang memilki 18.033 Kepala Keluarga tersebar di 18 Desa. Kusnadi mengaku telah melaporkan masalah kesulitan air bersih ke pemerintah daerah. ''Kami berharap agar dibuat Instalasi air bersih di wilayah Kecamatan itu agar warga bisa menikmati air bersih yang layak minum," tutur Kusnadi, ''tidak perlu membeli dengan mahal." Dikatakan, usulan pembuatan instalasi air bersih sudah dilakukan pihak kelurahan beberapa tahun lalu. ''Tapi sampai saat ini belum ada realisasinya, kami berharap bisa segera direalisasikan.'' Menurutnya, pembuatan instalasi air bersih merupakan solusi yang paling tepat karena kadar garam disini tinggi. ''Selain itu sekitar 25 ribu warga di sini merupakan keluarga miskin, kasihan mereka bila harus membeli air untuk minum.'' Berdasarkan data, dari seluruh warga miskin di Kecamatan Kronjo merupakan buruh tani atau petani penggarap yang pendapatannya tidak tetap. Tiga tahun lalu, ada instalasi air minum seperti depo isi ulang yang dijaul kepada warga dengan harga Rp 1.000 per galon. Namun besarnya biaya operasional, depo isi ulang itu saat ini tidak beroperasi lagi. Sementara itu, pelayanan air bersih di Kabupaten Bogor mengalami gangguan menyusul rencana pemadaman listrik oleh PLN Depok pada Kamis (22/9, hari ini). Akibatnya, PDAM Kabupaten Bogor harus menggunakan genset (pembangkit) agar tetap dapat memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat. Direktur Teknik PDAM Kabupaten Bogor, Budi Alamsyah, mengatakan, biaya penggunaan pembangkit di Depok selama satu jam adalah Rp 1 juta. ''Jadi bila pemadaman berlangsung selama tujuh jam, biaya yang kita perlukan adalah Rp 7 juta,'' ujar Budi. Sementara itu PDAM Kabupaten Bogor telah menganggarkan Rp 12 miliar untuk pengembangan jaringan pelayanan di wilayah Bogor bagian barat. Pengembangan itu dilakukan karena letak antara sumber air dengan tempat tinggal penduduk yang terlalu jauh. Akibat jarak ini, menurut Direktur Teknik PDAM Kabupaten Bogor, Budi Alamsyah, banyak pelanggan yang mengeluh tidak mendapatkan pasokan air minum. Sebagai contoh adalah Pondok Pesantren Ummul Quro Al Islami di Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Beberapa waktu lalu, ratusan santri di ponpes ini terserang wabah muntaber yang diduga akibat kurangnya pasokan air minum ke lokasi ponpes. Akibat kurangnya pasokan air, para santri terpaksa mengonsumsi air tadah hujan yang telah disaring dengan alat penjernih air. Menurut Budi, PDAM Kabupaten Bogor telah membuat jaringan pipa air yang lebih besar ke lokasi ponpes tersebut.( c38/c40 ) Post Date : 22 September 2005 |