|
[SEMARANG] Kekeringan yang melanda Provinsi Jawa Tengah (Jateng) makin meluas. Di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, kekeringan semakin meluas dan bertambah parah. Sementara persediaan air Waduk Sanggeh dan Gambringan yang selama ini menjadi tumpuan warga untuk mencuci, dan mengambil air untuk keperluan sehari-hari kian menipis, serta irigasi pertanian mulai menyusut. Sejumlah warga Desa Tambirejo, Kecamatan Toroh, Grobogan, mengaku untuk mendapatkan air mereka terpaksa mengambil air untuk minum dengan berjalan kaki ke sumur warga desa tetangga. Wasini (52), warga Tambirejo kepada wartawan, Selasa (1/8), mengatakan, dia hanya mendapatkan jatah paling banyak dua klenthing (bejana dari tanah liat untuk wadah air), karena warga yang butuh air banyak. Setiap pagi dan sore, ratusan warga selalu mendatangi beberapa sumur atau sumber air yang masih mencukupi. Warga lain, Widodo (42), petani di Tambirejo terpaksa merogoh kocek Rp 120.000 untuk mengairi lahan jagungnya. "Ongkos pengairan ladang per satu jam mencapai Rp 10.000. Karena itu, saya siasati dengan menampung air untuk kebutuhan beberapa hari dengan resiko harus bayar lebih hingga 12 jam,'' ujar Widodo. Menurutnya, saat ini irigasi sudah tidak berfungsi, karena wilayahnya merupakan lahan dan irigasi tadah hujan. Sementara air waduk Gambringan yang berjarak sekitar 700 meter dari ladangnya, sudah menyusut, apalagi banyak warga yang mengambilnya untuk kebutuhan sehari-hari. 300 Sumur Pantek Di Semarang, Wakil Gubernur Jateng, Ali Mufiz, yang ditanya soal kekeringan di Jateng, mengatakan, hasil revisi data prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jateng, mencatat lima Kabupaten yang berada di Pantura dan wilayah timur Jateng merupakan daerah rawan kekeringan. Sehingga Pemprov perlu mewaspadai dampak kekeringan berupa minimnya pasokan air untuk kekeringan dan krisis air bersih untuk kebutuhan sehari- hari masyarakat. Dikatakan, langkah- langkah yang dilakukan sampai dengan mengatur pola tanam berkaitan dengan datangnya musim kemarau, melaksanakan manajemen pengaturan penggunaan sumber air dan mensosialisasikan pola tanam pertanian untuk tahun 2007. Jika pola tanam ini kelak dapat dilaksanakan, maka pada musim kering tahun depan para petani tak lagi mengalami kesulitan atau kerugian dalam menghadapi datangnya musim kemarau. Pemprov juga telah menyalurkan bantuan pembuatan sumur- sumur pantek di wilayah rawan kekeringan. Sedikitnya 300 sumur pantek ini akan segera dibuat di lima daerah rawan kekeringan tersebut. Sedangkan untuk mengantisipasi krisis air bersih, Pemerintah Provinsi telah memberikan bantuan mobil tanki air bersih di masing- masing Badan Koordinasi Lintas Pembangunan (Bakorlin) ke daerah yang telah terpetakan bakal mengalami krisis air saat musim kemarau. Di masing- masing Bakorlin sudah ditempatkan dua mobil tanki yang siap untuk mensuplai air bersih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Suplai air dilakukan perusahaan daerah air minum (PDAM) setempat. Wagub mengatakan, kekeringan yang dialami sejumlah wilayah di Jateng ini tidak mempengaruhi produksi pertanian. Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jateng, saat ini wilayahnya masih mengalami surplus gabah hingga 1,3 juta ton. Jumlah ini bahkan lebih banyak dibandingkan surplus gabah pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 1 juta ton. [142] Post Date : 02 Agustus 2006 |