|
GARUT, (PR).-Ratusan warga di Kp. Sundulan dan Babakan/Desa Kersamanah Kec. Kersamanah, Kab. Garut, kini sudah menggunakan air selokan Cikiray untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci, kakus (MCK). Hal itu dilakukan karena sumber air di sumur mereka sudah kering sejak musim kemarau. Berdasarkan pengamatan "PR", setiap harinya warga mengambil air dari selokan tersebut mulai pagi buta sekitar pukul 3.30 WIB menjelang salat Subuh hingga sore hari. Mereka menyerbu selokan Cikiray, yang sumber airnya berasal dari Situ Cibuyut. Padahal air di selokan tersebut sangat kotor karena merupakan pembuangan air MCK dari rumah penduduk. Sedangkan menurut Marwan Sudrajat, Ketua BPD Desa Kersamanah, walaupun merupakan tempat pembuangan air MCK, air selokan itu cukup bersih. Pasalnya, sebelum air itu dipakai, terlebih dahulu disalurkan ke beberapa bak penampungan agar airnya steril dari kuman penyakit. "Namun demikian, saya akui banyak juga yang sering terserang penyakit, seperti diare dan gatal-gatal," ujarnya. Menurut beberapa warga, sebenarnya pemanfaatan air selokan Cikiray itu telah berlangsung puluhan tahun, terutama bila datang musim kemarau panjang. Walaupun banyak yang sering dilanda penyakit, hal itu tetap dilakukan oleh warga. Karena sumber air bersih dari sumur gali sering kering pada musim kemarau, walaupun kedalamannya mencapai 18 meter. "Namun kami khawatir, selanjutnya kami tidak akan memiliki sumber mata air sama sekali," tutur Ny. Sutiah, seorang warga. Dijelaskan, bila musim kemarau panjang, biasanya air selokan Cikiray tersebut sangat menjijikkan. Biasanya, air selokan itu tidak steril lagi, karena air kotor bekas MCK yang masuk ke selokan tidak terkendali. Hal itu diperparah lagi dengan masuknya kerbau ke selokan untuk "bermain lumpur". Itulah sebabnya mereka mengatakan suatu saat nanti tidak akan memiliki sumber air sama sekali. "Ya, sekarang memang belum parah. Tapi lihat dua bulan lagi pada bulan Puasa nanti. Jika tidak ada hujan, ratusan warga akan kelabakan mendapatkan air bersih," ujarnya. Mengakui Kepala Desa Kersamanah, Encep Rudi Haedarusman, mengakui soal munculnya ancaman rawan air bersih yang dialami dua kampung di desanya. Ia bahkan mengatakan rawan air bersih itu tidak hanya melanda warga di dua kampung tadi, melainkan juga melanda daerah lain, seperti di Kampung Cijangkar, Panamur, Kurnia Hippa, dan sebagian Pasangrahan. Hal itu didukung juga oleh data di Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (SDAP) Garut. Menurut catatan yang diperoleh "PR", Senin (20/8), puluhan desa di sejumlah kecamatan di Garut, baik di Garut Utara maupun Garut Selatan, saat ini sudah terancam krisis air. Sedangkan pihak SDAP juga belum mengetahui apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi hal itu. Apalagi, Kepala SDAP Drs. Uu Saepudin, S.T., saat ini masih berurusan dengan Polres Garut. "Kami belum tahu apa yang mesti dilakukan, Pak," kata seorang pejabat di SDAP kepada "PR". (A-112) Post Date : 21 Agustus 2007 |