Warga Kemplang Minum Air Sungai

Sumber:Kedaulatan Rakyat - 04 November 2006
Kategori:Air Minum
KLATEN (KR) - Warga Dukuh Kemplang Desa Tambakan Kecamatan Jogonalan Katen terpaksa minum air sungai, karena sudah tiga bulan kesulitan air bersih. Sedangkan hingga kemarin warga setempat belum mendapatkan droping air bersih dari pemerintah daerah. Sekitar pukul 16.00, Selasa (2/11), tampak sejumlah warga sibuk mengambil air yang hanya tersisa sedikit di dasar Sungai Kemplang.

Air tersebut dimanfaatkan warga untuk air minum dan memasak. Bahkan di sungai itu pula air dimanfaatkan untuk mandi cuci kakus (MCK), sehingga dari segi kesehatan air yang diminum warga tersebut kurang terjamin.

Dikarenakan air hanya sedikit, warga terpaksa harus mengambil sedikit demi sedikit dengan menggunakan gayung untuk dipindahkan ke dalam ember. Sebagian lainnya menggunakan jerigen-jerigen kecil volume 3 liter. Nardi Miharjo (70), mengambil air dengan menggunakan 2 ember kecil. Air tersebut lalu dibawa ke jalan raya untuk diisikan ke dalam jerigen besar yang dibawa dengan gerobak yang telah dijaga oleh istrinya, Sumiyem (60). Sudah tiga bulan memasak dan minum pakai air sungai, karena sumur telah kering, kata Nardi.

Warga sudah berusaha untuk memperdalam sumur yang sudah ada, namun tetap tidak keluar airnya. Sedangkan sebagian sumur yang masih mengeluarkan air, biasanya banyak diserbu para tetangga, sehingga dalam waktu sekejap air juga sudah habis, dan untuk bisa ditimba kembali harus menunggu beberapa jam kemudian.

Lebih lanjut Nardi mengatakan, agar bisa diminum, air sungai tersebut harus diendapkan dulu sampai nampak bening. Selain untuk kebutuhan rumah tangga, Nardi juga harus mengambil air sungai untuk memberi minum dua ekor sapi miliknya.

Selain itu, ia juga dipusingkan dengan kekeringan yang melanda lahan pertanian. Selama musim tanam jagung saat ini sudah mengeluarkan biaya pengairan sebanyak Rp 1,2 juta. Digunakan untuk empat kali oncoran, karena setiap kali mengoncori tanaman ia harus menyewa mesin disel penyedot air sebanyak Rp 300 ribu.

Kalau dihitung-hitung ya rugi banyak, untuk air saja sudah Rp 1,2 juta, belum biaya benih, pupuk dan tenaga. Padahal kalau dijual tidak akan laku Rp 1 juta, kata Nardi.

Kekeringan dan kesulitan air bersih ini tidak hanya melanda warga Tambakan, melainkan juga warga Tijayan Kecamatan Manisrenggo Klaten. Darto (55) mengatakan sumur-sumur warga juga sudah mengering. Mereka terpaksa harus mencari air ke tempat lain yang letaknya lumayan jauh. Sumur sudah dikeruk lagi, tetapi tetap tidak ada airnya, setiap dikeruk permukaan air malah semakin turun, kata Darto.(Sit/Arf)-c

Post Date : 04 November 2006