Warga Keluhkan Sampah Pasar

Sumber:Pikiran Rakyat - 16 Agustus 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

BEKASI, (PR).- Warga yang tinggal di sekitar pasar tradisional di Kota Bekasi masih mengeluhkan buruknya pengelolaan sampah yang dihasilkan pasar tersebut. Selain menimbulkan bau yang menyengat, sampah yang tidak diolah itu mencemari sejumlah saluran air yang mengalir ke beberapa permukiman penduduk di sekitar pasar.

Beberapa pengelolaan sampah pasar yang dikeluhkan warga itu misalnya di Pasar Pondokgede dan Pasar Bantargebang.

Berdasarkan pemantauan di lapangan, Minggu (15/8) kondisi Pasar Pondokgede sangat kumuh. Sebagian besar sampah yang dihasilkan oleh pasar tersebut tidak diolah dengan menggunakan mesin pengolah sampah.

Dengan demikian, sampah masih terlihat menumpuk di sekitar pasar. Bahkan, sebagian lagi malah dibuang begitu saja di saluran air, sehingga air yang ada di saluran itu berwarna hitam pekat bercampur sampah.

Selain itu, air yang ada juga tidak mengalir. Tidak hanya sampai ke jalan, bau menyengat bahkan sudah mulai tercium sejak jarak hampir 200 meter dari pasar. Bahkan, saluran air yang mengandung sampah itu sampai ke sekitar perumahan warga yang berjarak sekitar 300 meter dari lokasi pasar.

"Baunya sampai ke saluran air yang mengalir ke permukiman warga. Sudah sering dikeluhkan, tetapi pihak kelurahan pun kewalahan. Itu karena, pedagang beralasan itu hanya sebagai tempat dagang sementara," kata seorang warga Kel. Jatirahayu, Kec. Pondokgede, Kota Bekasi, Iwan (46).

Selain warga, sejumlah pengguna jalan yang sering lewat pasar tersebut juga mengeluhkan bau menyengat dari selokan yang tepat berada di pinggir jalan.

Secara terpisah Kepala Bagian Persampahan Dinas Kebersihan Kota Bekasi, Abi Hurairah mengakui jika mesin pengolah sampah telah disediakan di beberapa pasar. Akan tetapi, pemanfaatannya belum maksimal.

"Lokasi Pasar Pondokgede yang ada sekarang memang hanya merupakan lahan sementara. Pasalnya, para pedagang masih menunggu realisasi revitalisasi Pasar Pondokgede yang akan selesai sebelum akhir tahun ini," tuturnya.

Di Depok

Sementara itu, dari Kota Depok dilaporkan, volume sampah selama bulan Puasa mengalami peningkatan hingga mencapai 10 persen dibandingkan dengan hari biasa.

Menurut Kepala bidang kebersihan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Rachmat Hidayat, volume sampah selama bulan Puasa meningkat menjadi 5.060 kubik per hari, atau terjadi peningkatan 460 kubik sampah dalam setiap harinya. Padahal volume sampah pada hari biasa sebanyak 4.600 kubik perhari. Peningkatan itu banyak dihasilkan dari sampah rumah tangga.

"Selama puasa tingkat konsumsi masyarakat meningkat. Makanya sampahnya pun ikut meningkat,"ujar Rahmat saat meninjau unit pengelolaan sampah, Minggu (15/8).

Ketua Komisi C DPRD Kota Depok Edi Sitorus meminta penanganan sampah dapat dikelola baik. "Hindari tumpukan sampah di permukiman dan keramaian, karena dapat menjadi pemicu penyebaran penyakit," ujarnya. (A-155/A-163)



Post Date : 16 Agustus 2010