|
JAKARTA -- Sejumlah warga mengeluhkan pelayanan yang diberikan oleh operator penyedia air minum di DKI Jakarta, mulai dari kualitas air yang buruk, harga yang mahal, hingga infrastruktur yang tidak memadai. Hal itu terungkap dalam acara Temu Pelanggan Perusahaan Air Minum (PAM) Se-DKI Jakarta yang digelar Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia dan PAM Jaya di Gelanggang Remaja Jakarta Utara kemarin. Rifai, koordinator warga Rumah Susun Pulogadung, mengungkapkan kesulitan untuk mendapatkan meteran air bagi setiap pelanggan. “Padahal sudah kami ajukan sejak 2001,” ujar pria 50 tahun tersebut. Keluhan lainnya datang dari Muhamad Suit, warga Bulak Baru, Jakarta Timur. Pria 48 tahun ini mengeluhkan kenaikan tarif yang tidak masuk akal. Biasanya ia membayar Rp 20 ribu per bulan, namun sejak 2007 ia harus membayar Rp 115 ribu. “Padahal jumlah pemakaian air sama saja,” kata dia dalam acara yang dihadiri sekitar 300 pelanggan air itu. Menurut pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Indah Suksmaningsih, berdasarkan survei yang dilakukan sejak November hingga Desember 2008, 359 pengaduan masuk ke yayasannya. “Masalah terbesarnya adalah kenaikan tarif sebesar rata-rata 250 persen. Itu juga tanpa pemberitahuan,” ujarnya. Keluhan warga soal kualitas pelayanan air bersih dijanjikan akan ditangani oleh operator. “Ini merupakan masukan dan hal yang baik bagi kami. Semoga bisa ditindaklanjuti dengan baik,” kata Yosua Tobing, Sekretaris Perusahaan PT Aetra, pengelola air, kepada Tempo. Anggota komisioner Badan Regulator PAM Jaya, Riant Nugroho, mengatakan akan membawa keluhan warga ke PAM Jaya. “Saya akan minta jadi prioritas agar sebelum Februari 2009 bisa selesai.” Rian menambahkan, pelanggan memiliki hak untuk keberatan. Dia memberikan nomor telepon badan regulasi untuk menyampaikan komplain, yakni 5709732 dan 5704264. “Setiap hari saya bisa dihubungi di situ,” katanya. TITO SIANIPAR Post Date : 19 Desember 2008 |