|
Jakarta, Kompas - Sejumlah warga DKI Jakarta mengeluh atas bau busuk yang menyengat dari tumpukan sampah di beberapa ruas jalan di Ibu Kota. Ribuan lalat dan ulat putih mengerubuti tumpukan sampah yang belum diangkat pasca-Lebaran sehingga membusuk di kompleks perumahan dan tepi jalan. Sementara di Bekasi, sampai Kamis (18/11) tumpukan sampah menggunung dan membusuk, terlihat di sebagian besar pasar karena tidak ada petugas yang mengangkutnya. Di Jakarta, petugas kebersihan terlihat kewalahan menyapu sampah-sampah yang membukit di pinggir jalan raya dan yang berserakan di badan jalan. Keterbatasan petugas truk pengangkut sampah menyebabkan tidak semua sampah yang bertumpuk lebih dari lima hari tuntas terangkut. Tumpukan sampah di kawasan Palmerah Utara, Selatan dan Barat, Fahruddin, Jatibaru, Jatinegara, Pasar Minggu, dan Blok M sebagian besar sudah terangkut. Sisanya masih terlihat menghiasi jalan tersebut. Tumpukan sampah di antaranya terlihat di Jalan Percetakan Negara. Sampah-sampah membusuk sehingga mengganggu warga sekitarnya. "Baunya minta ampun deh. Belum lagi lalatnya besar-besar, ada ulat-ulatnya. Pokoknyamenjijikkan," kata Sugianto, warga sekitar Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat. "Apa petugasnya tidur? Atau masih mudik semua? Kok sampah-sampahnya tidak diangkut juga," ujar Amelia, warga setempat. Sampah yang belum diangkut petugas kebersihan terlihat di perumahan sekitar Jalan Gelora, Palmerah Selatan. Di Bekasi Dari Bekasi dilaporkan, tumpukan sampah dengan tinggi lebih dari satu meter membusuk di Pasar Baru, Pasar Pondok Gede, Pasar Kranji, dan Pasar Bantar Gebang. Sampah juga berserakan di halaman pasar atau di jalan depan pasar yang mengakibatkan jalanan menjadi sempit dan mengganggu perjalanan warga. Bau tidak sedap dan menyengat akibat sampah yang membusuk membuat warga harus menutup hidung. Bau busuk dihasilkan dari sampah sisa sayuran, buah-buahan, atau sampah basah lainnya yang tidak laku terjual. Selain itu ada juga sampah bekas keranjang atau kotak kayu milik pedagang yang sudah rusak ditumpuk begitu saja sehingga membentuk gunung sampah Sejumlah pedagang mengatakan, semenjak libur Lebaran hingga Kamis tidak ada seorang petugas sampah pun dari Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bekasi yang mengangkut sampah itu. "Pasar Baru memang jorok. Sejak malam takbiran sampai sekarang sampah di depan lapak saya tidak diangkut. Pembeli kan jadi malas mampir ke lapak saya karena bau sampah yang menyengat," tutur Ato (35), pedagang sayur Pasar Baru di Jalan H Juanda, Bekasi. Menurut dia, pada Lebaran tahun lalu sampah tidak dibiarkan seperti sekarang ini. Tumpukan dan ceceran sampah terlihat pula di Terminal Bus Bekasi, terutama di terminal angkutan kota. Banyak pedagang sayur dan buah yang menggelar dagangan begitu saja di atas tanah dan meninggalkan tumpukan sampah begitu selesai jualan. Pemandangan tumpukan sampah juga terlihat di Pasar Pondok Gede. Meski ada kontainer yang dipasang di bagian depan pasar, hampir setiap sudut pasar tidak lepas dari tumpukan sampah. Petugas hanya terlihat mengambil sampah di kontainer. Kepala Tata Usaha Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bekasi Somad mengatakan, terjadinya tumpukan sampah di pasar-pasar karena keterbatasan armada. Padahal, pengangkutan sampah tetap setiap hari. "Volume sampah memang meningkat sementara armada terbatas menyebabkan sampah tidak bisa terangkut sekaligus," jelas Somad. Meski pihaknya masih mendapat bantuan dari Dinas Kebersihan Kota Bekasi soal pengangkutan sampah pasar pasca-Lebaran, persoalan sampah di Pasar Baru Bekasi dan Pondok Gede sudah diperkirakan sebelumnya. Untuk menangani sampah pasar di Bekasi telah disediakan kendaraan operasional sebanyak delapan unit dump truck, empat unit armroll, dan 15 unit kontainer. Adapun petugas yang menangani sampah pasar itu sebanyak 223 pegawai. Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Bekasi Dedi Djuanda mengatakan, penyerahan pengelolaan sampah pasar ke Dinas Pengelolaan Pasar yang baru dibentuk itu sudah dilakukan sejak bulan September ini. "Personel dan peralatannya disediakan terpisah supaya pengelolaan sampah pasar bisa maksimal. Pemisahan ini semakin memberi peluang untuk meningkatkan pengangkutan sampah warga ke TPA Sumur Batu," kata Dedi. Hingga saat ini pengangkutan sampah warga Bekasi Ke TPA Sumur Batu baru mencapai sekitar 40 persen dari total produksi sampah yang mencapai 4.602 meter kubik per hari. Masih rendahnya pelayanan yang dilakukan Dinas Kebersihan karena sarana dan prasarana pengangkutan sampah yang dimiliki Pemkot Bekasi masih terbatas. Untuk bisa mengangkut semua sampah, kata Dedi, sedikitnya dibutuhkan 250 kendaraan. Kenyataannya yang dipunyai Bekasi cuma 65 unit. Selain jumlahnya yang terbatas, kondisi truk-truk sampah itu juga tidak layak pakai. Di antaranya, 40 persen truk-truk tersebut sudah tua sehingga tidak bisa digunakan optimal. (ELN/PIN) Post Date : 19 November 2004 |