|
Palangka Raya, BPost Warga yang tinggal di sepanjang Sungai Kahayan Palangka Raya mengonsumsi air sungai yang keruh berwarna kecoklatan karena pendangkalan di musim kemarau. Ketinggian air sungai kini hanya 1,5 meter dari dasar sungai. Pantauan di pinggiran Sungai Kahayan, sejumlah warga masih melakukan kegiatan mandi cuci kakus (MCK) menggunakan air sungai yang telah berubah warga kecoklatan karena bercampur lumpur. Siti Marni, warga yang tinggal di lanting pinggiran Sungai Kahayan kawasan Flamboyan Bawah, Selasa (8/8) mengaku, dia tetap mengkonsumsi air sungai meski keruh. Delapan tahun tinggal di kawasan itu dan selalu mengonsumsi air sungai nyatanya aman-aman saja. Yang penting, air yang diambil dari sungai tidak langsung diminum. "Air itu dibuat dalam gentong diberi kaporit lalu dibiarkan selama empat jam, airnya akan menjadi jernih dan siap diminum," ujarnya seraya menambahkan, air yang diberi kaporit rasanya agak asam, namun bisa diminum maupun untuk memasak sayur-mayur. Sebagian warga di bantaran Sungai Kahayan tidak menggunakan air PDAM karena secara turun temurun mengonsumsi air sungai, sebagian lagi menggunakan air sumur bor yang banyak kandungan zat besinya. Kasubseksi Hidrologi Dinas PU Kalteng, Helmut Tanggara mengatakan, debit air Sungai Kahayan semakin menurun. Saat ini hanya mencapai 1,5 meter dari dasar sungai. "Kami meneliti menggunakan alat Aoutometic Water Level Electronic (AWLE). Alat itu diletakkan di Sungai Kahayan dan mencatat ketinggian air secara otomatis. Dalam sehari, air sungai bisa turun hingga dua meter karena hutan penyangganya sudah musnah ditebang," ujarnya. Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Hidup Dinas Kota Palangka Raya, Andre Manurung menambahkan, air Sungai Kahayan meski tercemar mercuri, namun kandunganya masih di bawah standar baku mutu yang ditetapkan pemerintah, sehingga airnya masih layak dikonsumsi. Sementara air sumur bor di kawasan permukiman bantaran Sungai Kahayan dari hasil penelitian terlalu banyak mengandung zat besi, sehingga cukup rentan untuk kesehatan jika dikonsumsi. Jika terakumulasi terus-menerus zat besi di dalam tubuh bisa mengakibatkan gagal ginjal. Makanya, lebih baik menggunakan sumur gali daripada sumur bor. Ciri air sumur bor yang banyak mengandung zat besi, di bagian permukaan air seperti berminyak dan warna air kebiru-biruan. Menurut Kadis Kesehatan Palangka Raya, dr Rian Tengkudung, penderita diare di Palangka Raya setiap musim kemarau meningkat, kebanyakan penderita yang bermukim di bantaran Sungai Kahayan. tur Post Date : 09 Agustus 2006 |