Purbalingga, Kompas - Musim kemarau baru berlangsung 1,5 bulan di Purbalingga, Jawa Tengah, tetapi sudah berdampak pada kehidupan masyarakat. Saat ini 12.374 keluarga di kabupaten itu kekurangan air bersih sehingga terpaksa meminta bantuan PDAM.
Kepala Bagian Hubungan Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Purbalingga Titin Kusriati, Sabtu (11/7), mengatakan, ribuan warga tersebut tersebar di 20 desa atau empat kecamatan—Kecamatan Bojongsari, Bobotsari, Kejobong, dan Bukateja. ”Wilayah terparah adalah Kecamatan Kejobong. Di wilayah ini kekurangan air bersih dialami warga 13 desa,” katanya.
Titin memperkirakan, warga di sejumlah kecamatan lain di Probolinggo pun sudah kekurangan air bersih. Meski demikian, hingga kemarin, baru empat kecamatan di atas yang mengajukan bantuan pengiriman air bersih ke PDAM.
”Sesuai dengan surat edaran Bupati Purbalingga, PDAM membantu pengadaan air bersih untuk warga yang mengalami kekurangan air bersih pada musim kemarau ini,” tambah Titin.
Ada dua kecamatan di Purbalingga yang selama ini menjadi langganan kekeringan terparah, yakni Pengadegan dan Kaligondang. Namun, kemarin dua kecamatan itu belum meminta bantuan PDAM.
Menurut Camat Kaligondang Tri Hendarwati, Kaligondang tergolong wilayah yang rawan kekeringan. Beberapa areal persawahan dan sungai juga sudah mengering. ”Namun, kekeringan tidak merata. Artinya, ada beberapa desa yang masih aman. Kami masih mendata desa-desa yang mengalami kekeringan,” ujarnya.
Tak jauh berbeda
Tahun lalu, menurut Titin, tercatat 72 desa yang tersebar di 13 kecamatan di Purbalingga yang mengalami kekeringan. Tahun 2009 diperkirakan jumlah desa yang mengalami kekeringan tidak jauh berbeda.
Tentang bantuan air bersih, PDAM Purbalingga akan memberikannya secara gratis kepada warga yang membutuhkan. Anggaran pengadaan disiapkan Pemerintah Kabupaten Purbalingga atau diambil dari APBD.
”Kami menyiapkan empat tangki untuk menyalurkan bantuan. Namun, sayang, dua truk di antaranya kondisinya rusak. Kami akan meminta bantuan Dinas Pekerjaan Umum dan pemadam kebakaran untuk pengadaan truk tangkinya,” ujar Titin.
Dari Demak, juga di Jawa Tengah, dilaporkan, sedikitnya 1.000 penduduk di tujuh desa di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, terancam kekurangan air bersih. Air sumur di rumah mereka mulai surut.
Pengamatan di Desa Mutihkulon, Jungpasir, dan Kendalasem, kemarin, penduduk harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan satu ember air bersih dari sumur dangkal di rumah masing-masing. Rata-rata kedalaman sumur 7-10 meter.
”Sudah seminggu ini air sumur saya surut. Hanya bisa diambil (airnya cukup banyak) pada malam hari. Kondisi seperti ini akan mencapai puncaknya pertengahan Agustus nanti,” ujar Mahfud, warga RT 02, Desa Mutihkulon, Kecamatan Wedung, menceritakan pengalamannya.
Warga lain di Desa Bungo, Surahni, mengemukakan, untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sejumlah warga terpaksa membeli air bersih dari Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara. ”Satu jeriken (50 liter) air bersih harganya Rp 2.000,” katanya.
Sekretaris Desa Mutihkulon Ahmad Niam mengemukakan, jumlah penduduk desa itu 3.924 jiwa (1.008 keluarga). Mereka tersebar di Dusun Kemantren dan Dusun Mutihkulon. Desa Mutihkulon termasuk desa langganan kesulitan air bersih setiap musim kemarau. (WHO/HAN)
Post Date : 12 Juli 2009
|