|
[JAKARTA] Banyaknya warga Jakarta Utara yang menderita diare terutama karena kesulitan mereka memperoleh air bersih. Sampai Selasa (27/11), sebagian warga yang tinggal di beberapa area Jakarta Utara masih kekurangan pasokan air bersih dari TPJ. Akibatnya banyak dari warga terutama anak-anak menderita diare dan mutaber. Pasokan air yang terhenti serentak di wilayah Jakarta Utara sejak Sabtu (16/11), yang hingga kini belum beroperasi secara normal dan merata. "Memang sejak hari Minggu (25/11) malam dan sampai Senin sore, air sudah mengalir, namun hanya sedikit," kata Tini (43), warga Kelurahan Rawa Badak Utara. Namun, Tini tak bisa langsung menggunakan air itu karena keruh dan berbau. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Hapsah, warga RT 01/RW 08 Kelurahan Rawa Badak Utara. Air PAM yang mulai berfungsi di rumahnya seperti layaknya air got. Keterangan serupa juga didapatkan dari Subiakto (45) warga RT 11/RW 01 Kelurahan Koja. Bahkan, Wiwin, warga Kelurahan Rawa Badak Utara RT 06/RW 09 sudah lama mengeluhkan pasokan air ke daerahnya yang sangat susah, bahkan bisa terhenti hingga sebulan, walaupun biaya langganan air tetap dibayar. Karena itulah, beberapa warga sampai saat ini masih menggunakan air isi ulang kemasan. Kualitas air isi ulang kemasan yang mereka dapatkan juga tidak terlalu baik. Menurut Desy, warga Rawa Badak Utara, air isi ulang yang ia dapatkan pada saat pasokan air terhenti sempat keruh dan berbau. Jadi, tetap saja tak bisa digunakan untuk air minum. "Karena sempat diminum, anaknya sempat diare," katanya. Kesulitan memperoleh air bersih memaksa warga untuk mengolah air seadanya. Meski hanya digunakan untuk mencuci baju atau piring, juga dapat menyebabkan diare. Menurut pengamatan, saat kesulitan air seperti saat ini, memaksa warga harus berebut untuk mendapatkan air bersih, meskipun akhirnya beberapa dari mereka hanya mendapatkan air seadanya. Tak sedikit yang harus menampung air hujan untuk mendapatkan tambahan air untuk keperluan lain, seperti mandi. Sementara itu, jumlah pasien yang melonjak akibat wabah diare di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Koja, mengakibatkan sejumlah pasien yang sebagian besar berusia balita itu, terpaksa menempati selasar rumah sakit karena kapasitas ruang perawatan tak mencukupi. Humas RSUD Koja, Ni Wayan Ani, mengatakan saat ini ada sekitar 13 pasien yang terpaksa ditempatkan di selasar rumah sakit. "Namun, semua mendapatkan perawatan medis yang sama," kata Ni Wayan, Senin. Sementara itu, pada Senin dini hari, dua balita menjadi korban keganasan diare karena terlambat dibawa ke rumah sakit. Kedua korban tersebut adalah Wulan (3 bulan) warga Gang Fort Timur No 38 RT 01/01, Koja Jakarta Utara. Dia sempat mendapat perawatan sejak Minggu (25/11) siang, namun pada Senin dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, nyawanya tidak tertolong karena mengeluarkan banyak cairan. Hal sama juga dialami Linda (3 bulan) warga Jalan Pepaya No 6 RT 14/RW 16, Koja Jakut yang meninggal pada saat hampir bersamaan. Dua balita tersebut, menambah panjang daftar korban diare yang terjadi sejak pasokan air bersih ke kawasan Jakut terhenti. Pasien diare di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat juga melonjak dalam sepekan terakhir. Kalau biasanya pasien ini berjumlah 4 hingga 10 orang, namun bulan Oktober ini pasien diare melonjak hingga 68 orang, bahkan 36 orang diantaranya kini masih dirawat. [ASR/HBS/N-6] Post Date : 27 November 2007 |