|
JAKARTA (Media): Warga Jakarta Utara (Jakut) mengeluhkan kekurangan air bersih. Pasalnya, sejak Jumat (16/11) hingga kemarin suplai air dari PT Thames PAM Jaya (TPJ) terhenti mengalir. Warga pun protes. Berdasarkan pantauan Media Indonesia, wilayah yang kekurangan air bersih tersebut, yakni di Kelurahan Kebon Bawang, Sungai Bambu, Cilincing, Tugu Utara, dan Tugu Selatan. Untuk kebutuhan mencuci dan mandi, misalnya, sebagian warga terpaksa menggunakan air kali dan air laut. Mereka tidak ada pilihan lain karena tidak sanggup membeli air tawar dari pedagang keliling yang harganya mencapai Rp30 ribu per satu gerobak berisi delapan jeriken. Harga air tersebut biasanya dijual Rp15 ribu. Namun, sejak terhentinya suplai air bersih, pedagang menaikkan harga air itu menjadi dua kali lipat. Herman, 31, warga Cilincing, mengaku sejak Sabtu (17/11) harus mandi di laut karena air PAM di rumahnya terhenti. "Habis mau bagaimana lagi, mau beli air tawar dari pedagang keliling harganya mahal,'' cetus buruh di Pelabuhan Tanjung Priok tersebut. Lain lagi yang dialami Irwan, 20. Untuk kebutuhan mandi, ia harus pergi ke sebuah kali yang airnya cokelat. Padahal, sebelumnya warga Kelurahan Kebon Bawang itu tidak pernah mandi di kali tersebut. "Karena suplai air bersih terhenti selama tiga hari, tempat penampungan air milik keluarga sudah kosong. Terpaksa saya mandi di kali," katanya. Direktur Hubungan Eksternal dan Komunikasi TPJ Rhamses Simanjuntak membenarkan terhentinya suplai air tersebut. Menurut dia, penyebab air PAM terhenti itu karena gangguan panel listrik pada pompa IPA Buaran II yang terjadi sejak Jumat (16/11) malam. "Kami sedang berusaha menanggulangi terhentinya produksi air bersih tersebut," jelasnya. Rhamses menjelaskan akibat dari gangguan panel IPA Buaran II itu, produksi air menjadi berkurang 30%. Namun di wilayah yang airnya terhenti, TPJ sedang melaksanakan pemasangan tandon. (Mhk/J-3) Post Date : 19 November 2007 |