|
Jakarta, Kompas - Hujan deras yang mengguyur Jakarta hari Rabu (21/4) siang menyebabkan kemacetan lalu lintas yang luar biasa. Hingga sekitar pukul 23.00, sejumlah ruas jalan, termasuk jalan tol Tangerang-Jakarta, masih macet. Parahnya kemacetan lalu lintas mengingatkan kepada situasi yang terjadi pada Februari 2002 ketika banyak warga Jakarta terpaksa tidur di kendaraan di perjalanan karena terjebak banjir dan kendaraan mereka tidak bisa bergerak. Suasana itu terlihat jelas di sepanjang Jalan Panjang, yang mengarah ke RCTI dari Permata Hijau. Warga terjebak kemacetan total hingga ketika berita ini diturunkan. Banyak warga yang terlihat tidur-tiduran di kendaraan mereka. Sejumlah warga menghubungi Redaksi Kompas dan menyampaikan kekesalan atas kemacetan yang luar biasa itu. Di jalan tol Tangerang-Jakarta, kemacetan bahkan sampai di Kilometer 19 atau selepas Serpong. "Dari jam empat sore anak saya sekarang masih tetap saja berhenti di depan Universitas Indonesia Esa Unggul," kata Toni, warga Pondok Kelapa. Totok, warga Bekasi, yang dalam perjalanan pulang dari Tangerang, juga mengeluh karena harus berhenti di Kebon Jeruk selama lima jam. "Di dalam bus panasnya minta ampun," katanya. Dalam pemantauan Kompas, kemacetan itu awalnya hanya disebabkan adanya genangan di badan jalan. Namun, karena para pengendara tidak sabar dan saling serobot, akhirnya lalu lintas terkunci dan kemacetan pun menjadi sangat parah. Apalagi hujan memang turun beberapa jam sebelum jam pulang kantor. Sejauh pengamatan, air menggenang di Jalan Pejompongan hingga menyerupai kolam. Begitu pula di Kebayoran Baru, Permata Hijau, Jalan MH Thamrin, Sudirman, beberapa tempat di Jalan Casablanca, Kemandoran, dan sejumlah lokasi lainnya. Genangan juga terlihat di sekitar proyek-proyek pembangunan kompleks pertokoan atau perkantoran. Warga menduga genangan air terjadi karena saluran mampat dan tidak mampu mengalirkan air. "Saya lihat di setiap pekerjaan proyek, seperti di dekat Ratu Plaza, di bagian lain di Sudirman, lalu di Patal Senayan, pasti ada genangan yang menyebabkan macet. Rupanya, proyek itu memampatkan saluran," kata Andri, seorang warga ketika melewati sejumlah genangan. Selain genangan, ada pula beberapa pohon yang tumbang dan ranting yang patah akibat diterpa angin. Kepala Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota DKI Jakarta Sarwo Handayani mengatakan, hingga pukul 21.00, petugas masih menyusuri jalan sehingga belum bisa memastikan berapa jumlah pohon yang tumbang. Pohon tumbang dan ranting patah itu, misalnya, terjadi di Jalan Casablanca, Jalan Wahid Hasyim, dan Jalan Panjang. Kali Grogol meluap Hujan deras juga mengakibatkan Kali Grogol meluap. Selain menggenangi Kampus Universitas Trisakti, Jalan dr Susilo (50 cm), kampus Universitas Tarumanagara (50-70 cm), luapan itu juga menimbulkan genangan di beberapa titik di Jalan S Parman ke arah Grogol. Genangan inilah yang menyebabkan kemacetan parah di Jalan S Parman. Dampaknya, lalu lintas di jalan tol dalam kota maupun tol Tangerang-Jakarta macet total, karena semua kendaraan yang akan keluar tol terhadang kemacetan. Menurut Danang, petugas Posko Banjir di Bagian Telemetri Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, sejauh pemantauannya, tidak ada sungai besar yang meluap. "(Muka air di) Kali Pesanggrahan memang meninggi sekitar 2,5 meter, namun tidak meluap. Pukul 18.30, (muka air di) pintu air Manggarai sempat naik hingga dalam kondisi siaga tiga, tapi setelah itu terus menurun," paparnya. Genangan air juga melanda Jalan Sabang, Cempaka Putih, hingga masuk ke rumah penduduk di Jalan KS Tubun I dan kawasan Kareta Pasar Baru. Hingga pukul 15.00, Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum memiliki data terperinci mengenai titik lokasi genangan air di wilayahnya. Petugas di ruangan Kepala Suku Dinas Kesiagaan baru mencari data setelah sejumlah wartawan datang meminta konfirmasi data genangan air di Jakarta. Tidak berlaku Kemacetan akibat genangan kemarin terjadi hampir merata di seluruh Jakarta. Kemacetan terjadi antara lain di Jalan Kebon Sirih hingga Senen, Tugu Tani sampai Cikini, selain di Jalan Sudirman, Thamrin, Jati Baru, KS Tubun, Pejompongan, Landmark, Sabang, Medan Merdeka Selatan, hingga Stasiun Gambir. Kemacetan juga terjadi di Jalan Cut Mutiah, Harmoni. Akibat kemacetan itu, untuk sementara kendaraan pribadi yang berpenumpang kurang dari tiga orang dibebaskan dari sanksi three in one. "Ketentuan three in one itu tetap berlaku, namun kali ini kami tidak menindak pelanggarnya. Kami melakukan pengaturan arus lalu lintas sedemikian rupa agar tidak terjadi stagnasi terlalu lama," kata Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sulistiyo Ishak. Meskipun demikian, kemacetan tetap saja terjadi. Sebab, jalur busway dari Kota-Blok M lewat Thamrin-Sudirman atau Gatot Subroto juga sudah sangat padat. Kendaraan yang akan masuk ke jalur tersebut dari jalan- jalan penghubung seperti Prof Dr Satrio, Wahid Hasyim, Kebon Sirih, dan Merdeka Selatan, akhirnya juga kesulitan masuk Jalan Thamrin-Sudirman. Sejumlah pengendara yang datang dari Bekasi mengeluhkan lamanya perjalanan ke Semanggi. Ketika hujan masih berlangsung, perjalanan dari Jatiwaringin sampai Slipi harus ditempuh selama tiga setengah jam, tetapi pada petang hari menjadi lima jam. "Saya terpaksa pulang lagi. Ndak tahan. Baju saya sudah basah kuyup," kata Musni, yang sedianya akan datang ke kantornya di kawasan Slipi. Sejumlah warga mengirim pesan atas kemacetan yang luar biasa. "Help. Gue udah lima jam di dekat Taman Anggrek. Baru maju 100 meter. Yang parah, gak ada minum," tulis Tania. Pesan lain malah bercanda dan menyebut dirinya tidak sedang dalam perjalanan. "Saya lagi parkir di jalan tol." Karena macet pula, Ketua Fraksi Partai Keadilan DPRD DKI Jakarta Ahmad Heryawan terpaksa meninggalkan kendaraannya dan ke DPRD DKI Jakarta dengan menggunakan ojek. Terlambat terbang Kemacetan parah di Jakarta juga berpengaruh terhadap jadwal keberangkatan pesawat di Bandara Soekarno-Hatta meski di Jalan Tol Sedyatmo tidak terjadi genangan. Menurut Budiartono, petugas Officer in Charge Bandara Soekarno-Hatta, lebih dari lima pesawat terpaksa ditunda keberangkatannya karena harus menunggu penumpang yang terjebak macet. "Jumlah pesawat yang pasti belum jelas. Umumnya, pesawat itu menunggu penumpang yang terjebak kemacetan, misalnya di Jalan S Parman," tuturnya menjelaskan. Meskipun terlambat, tutur Budiartono, hal itu tidak mengganggu penerbangan pesawat. Sejumlah karyawan yang pulang kantor pada sore hari pun kesulitan mencari angkutan umum. Beberapa sopir memilih tidak menarik penumpang daripada stres terjebak macet di tengah jalan. Akibatnya, calon penumpang menumpuk di ruas- ruas jalan. Beberapa pengemudi taksi bahkan mengeluhkan genangan yang terus saja terjadi dan kemacetan setiap kali hujan turun. (IVV/PIN/MAS/RTS) Post Date : 22 April 2004 |