Warga Jakarta Masih Kesulitan Air

Sumber:Republika - 22 Februari 2012
Kategori:Air Minum
PANCORAN-Meski sudah dikelola swasta, warga DKI Jakarta masih kesulitan mendapatkan air bersih. Warga di Muara Baru, Jakarta Utara, harus bergadang untuk menampung air. Menurut Sumarti (46 tahun), warga RT 9 RW 17 Muara Baru, kesulitan mendapatkan air bersih ini sudah terjadi sejak 2002. Air PAM tidak pernah mengalir pada siang hari sehingga warga harus menunggu hingga pukul 01.00 WIB.
 
Menurut Sumarti, air yang mengalir tengah malam itu pun tidak mengucur dengan deras. “Kucurannya hanya sebesar batang lidi,“ kata dia, dalam diskusi Warga Jakarta Bicara Air, Selasa (21/2).
 
Tidak hanya Sumarti, semua warga di Kampung Muara Baru juga mengalami masalah yang sama. Ada 47 rukun tetangga di Muara Baru. Sekitar 45 ribu jiwa bermukim di sana. Warga terkadang membeli air dari warga lain yang memiliki pompa. “Harganya Rp 20 ribu per 20 liter,“ kata Sumarti.
 
Privatisasi air di Jakarta sudah dimulai sejak 1997 silam. Privatisasi ini dilakukan untuk memperluas jangkauan pelayanan air. Tapi, rasio warga terjangkau tidak berubah signifikan setelah privatisasi air. Sebelum privatisasi dilakukan, warga yang terjangkau air bersih mencapai 52 persen, semantara pada 2002 atau setelah privatisasi hanya sebesar 59 persen.
 
Mantan hakim Konstitusi Maruarar Siahaan mengatakan, swasta nisasi air seharusnya tidak memberatkan rakyat. “Seharusnya, ini tugas pemerintah untuk menjamin dan melindungi sumber daya alam,“ kata dia. Tapi, pemerintah terkesan lembek menangani masalah ini.
 
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Wanda Hamidah mengatakan, swastanisasi menjadi masalah yang harus diselesaikan dengan tuntas. “Jika masyarakat Indonesia harus membeli air bersih dengan mahal, bagaimana kehidupan bisa makmur dan sejahtera,“ kata dia.
 
Tapi, menurut Perwakilan Serikat Pekerja Air Jakarta (SPAJ) Zainal Abidin, persoalan ini hanya akan selesai kalau ada tindakan dari pemerintah pusat. Sebab, kontrak dengan dua operator di Ibu Kota dibuat pada masa presiden Soeharto. “Maka, renegosiasi atau menolak kontrak hanya bisa dituntaskan oleh presiden kembali,“ ujar dia.
 
Sebelumnya, Direktur Utama PAM Jaya Sri Widayanto Kaderi mengatakan, jumlah pasokan air ke warga Jakarta belum ideal. Masyarakat Ibu Kota membutuhkan air sebanyak 21 ribu liter per detik, tapi PAM Jaya hanya mampu memasok sekitar 18 ribu per liter per detik.
 
Rasio warga terjangkau air sudah meningkat menjadi 61,54 persen hingga akhir 2011. Saat ini, PAM Jaya telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk membangun sistem perpipaan dari Jatiluhur, Jawa Barat, serta normalisasi Tarum Barat.ratna puspita


Post Date : 22 Februari 2012