PINRANG, KOMPAS.com — Kemarau panjang yang berdampak pada menurunnya debit air di Sungai Saddang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, ikut mempengaruhi pasokan air bersih yang diproduksi PDAM Tirta Sawitto.
Akibatnya, sebagian besar masyarakat di wilayah perkotaan kini kesulitan air bersih, utamanya untuk kebutuhan komsumsi. Warga berharap pemerintah setempat melakukan mobilisasi air minum secara bergilir untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
"Kami semakin kesulitan air. Kalau kemarin-kemarin masih bisa kami akali dengan membeli ke pihak swasta, sekarang yang jual air juga ikut kesulitan air," kata Ijja, warga Tosokko, Pinrang, Senin (12/11/2011).
Keluhan yang sama dikatakan Fatimang, warga Pacongang, Kecamatan Paleteang. Fatimang mengaku, sudah berapa pekan ini air di rumahnya tidak mengalir. "Air dari PDAM sudah berapa minggu ini tidak mengalir. Kalaupun ada air yang keluar dari keran, hanya sebatas menetes. Itu pun saat tengah malam," ucapnya.
Terpisah, anggota Komisi I DPRD Pinrang, Hasim Padu, mengatakan, permintaan warga yang mengharapkan tindakan nyata pemerintah tersebut seharusnya direalisasikan. Setidaknya untuk memenuhi kebutuhan minum dan masak warga.
"Pemerintah jangan hanya menyalahkan kondisi alam karena kebutuhan air minum warga adalah hal yang mendesak. Tunjukkan kepedulian kepada warga dengan melakukan mobilisasi air minum," ucapnya.
Namun, masyarakat di Dusun Pincara, Desa Pincara, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang, masih beruntung. Meski bercampur lumpur, warga masih bisa mendapatkan air untuk kebutuhan MCK dan komsumsi air minum, yang didapatkan dari Sungai Lasape.
"Warga di sini rata-rata menggunakan sumur sebagai sumber kebutuhan air. Bagi yang mampu, biasanya tinggal beli air untuk kebutuhan minum dan masak yang harganya Rp 1.000 per tangkai," kata Rahim, warga setempat. Glori K. Wadrianto
Post Date : 13 September 2011
|