BENGKULU - Kemarau mulai menyebabkan krisis air bersih di beberapa wilayah Indonesia. Warga Kabupaten Bengkulu Tengah bahkan memanfaatkan air Sungai Bengkulu yang sudah tercemar untuk keperluan mandi dan cuci mereka. Kami terpaksa menggunakan air sungai yang tercemar ini karena sumur kering, kata Suherman, seorang warga Desa Talang Panjang, kemarin.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Bengkulu Zenzi Suhadi mengatakan warga sebaiknya tidak memanfaatkan air sungai tercemar itu untuk kegiatan apa pun. Dalam penelitian, air Sungai Bengkulu memiliki kandungan logam merkuri dan arsenik dan kandungan logam lainnya dalam jumlah yang tinggi.
Zenzi mengatakan pihaknya khawatir, jika digunakan terus-menerus, air Sungai Bengkulu akan berakibat fatal bagi warga. Cukuplah Minamata Jepang memakan korban jiwa, katanya, merujuk pada tragedi yang terjadi di Teluk Minamata Jepang akibat kandungan merkuri yang tinggi.
Air tercemar digunakan pula oleh warga Kelurahan Naimata, Kecamatan Maulafa, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Mereka mengambil air dari sumur Osesaeketu, yang berjarak 2 kilometer dari perumahan. Seorang warga, Redem Lakat, mengatakan air di sumur itu tercium mengeluarkan bau tak sedap.
Krisis air bersih juga terjadi di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ratusan konsumen Perusahaan Air Minum setempat mulai kekurangan air bersih. Direktur Utama PDAM Kabupaten Malang, Adroi, mengatakan pihaknya kesulitan mendapatkan bahan baku air bersih akibat kemarau.
Camat Sumbermanjing Wetan, Mahila Surya Dewi, mengatakan krisis air bersih di wilayah kerjanya sudah tergolong parah. Pernyataan yang sama diucapkan oleh Camat Gedangan Hari Krispiyanto. Upaya mengatasi kekeringan dilakukan antara lain dengan mengebor titik yang diyakini terdapat sumber air sedalam 200 meter di Dusun Sumbergesing, Desa Gedangan. Tapi hasilnya nihil.
Padahal penentuan lokasi pengeboran menggunakan metode energi nuklir. Kami terpaksa mengantre, kata Hari.
Kekeringan juga dialami warga 11 pulau yang ada di wilayah Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. "Selain mengering, sebagian air sumur warga berubah payau atau asin," kata anggota DPRD Sumenep asal Kepulauan, Dul Siam, kemarin.
Untuk mendapatkan air bersih, warga pulau harus berjalan kaki hingga 50 kilometer ke pulau lain atau menyeberang lautan selama enam jam. Seperti yang dilakukan Atrawi, warga Pulau Sabatun. Dia mengatakan, untuk mendapatkan air bersih, dirinya harus berlayar ke Pulau Kangean, yang berjarak 6 jam perjalanan dengan perahu. "Air tidak gratis, Rp 5.000 per jeriken," tuturnya.
Sementara itu, untuk mengantisipasi kebakaran hutan akibat kemarau panjang, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III Jawa Timur dan Balai Taman Nasional Meru Betiri bersiaga mengantisipasi kebakaran hutan.
Adapun rencana pemerintah pusat untuk membuat hujan buatan di Provinsi Kalimantan Tengah disambut baik. Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Achmad Diran mengatakan pemerintah sudah memerintahkan bupati yang di daerahnya akan dibuat hujan buatan untuk mempersiapkan diri. Saya sudah telepon sejumlah bupati agar bersiap-siap untuk pelaksanaan hujan buatan ini, ujarnya.PHESI ESTER|YOHANES| MAHBUB DJUNAIDY|ABDI P|MUSTHOFA B|KARANA WW
Post Date : 14 September 2011
|