|
Gubernur DKI Sutiyoso meminta masyarakat ibu kota agar jangan lagi mengotori 13 sungai yang melintasi Kota Jakarta. Selama ini, banyak masyarakat menjadikan daerah aliran sungai (DAS) sebagai permukiman liar, WC umum, dan pembuangan sampah. Akibatnya, badan sungai menyempit, tercemar, dan banjir. Hal itu diungkapkan Sutiyoso dalam sambutan saat membuka Festival Kali Angke dengan tema Enjoy Jakarta Clean River, kemarin. Acara ini menampilkan berbagai perlombaan, antara lain, parade perahu hias, lomba perahu naga, dan fashion on the water di Kali Angke, Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara. Pertunjukan lain di depan panggung di tepi sungai itu ada perlombaan panjat pinang, tari barongsai, dan tari tanjidor. Sedang tari khas Betawi Langgeng Jakarta, ditampilkan saat menyambut kehadiran Sutiyoso saat tiba di lokasi. Dalam sambutannya, Sutiyoso mengatakan program pemerintahan provinsi (Pemprov) DKI ke depan nanti, ke-13 sungai yang membelah kota Jakarta harus bersih dari permukiman penduduk. Solusinya, penghuni di DAS yang memiliki KTP DKI akan disiapkan rumah susun (rusun) untuk mereka dengan harga murah sesuai kemampuan. Nantinya, lanjut gubernur, DAS di Jakarta harus bersih dari bangunan, dan jangan dicemari lagi dengan sampah dan tinja. Sehingga program transportasi sungai dan wisata air di Jakarta dapat segera terwujud. Pada tahap pertama, transportasi Sungai Ciliwung dari pintu air Manggarai sampai Karet, Jakarta Pusat, sepanjang dua kilometer sebagai uji coba. ''Nanti setelah semua sungai yang ada di Jakarta bersih dan sudah dinormalisasi akan dijadikan wisata air. Setelah sungainya bersih tentu airnya tidak boleh hitam lagi seperti sekarang ini. Sebab, ke depan tidak ada lagi permukiman di daerah aliran sungai,'' ujar Sutiyoso. Ia juga menambahkan, nantinya bangunan tidak boleh lagi membelakangi sungai seperti sekarang. Tetapi, diharuskan menghadap sungai agar warga tidak lagi buang sampah dan tinja ke sungai.Sutiyoso menjelaskan, warga yang tinggal di pinggir kali bila suatu saat digusur harus ikhlas, jangan menuntut macam-macam. Karena DAS milik negara dan tidak dibenarkan ada bangunan di atasnya guna menjaga kelestarian sungai. Solusinya, tambah Gubernur DKI, kebetulan ada Yayasan Budha Tzu-Chi yang bersedia membangun rusun bagi masyarakat DKI yang terkena gusuran dari pinggir sungai. Contohnya, rusun di lahan Perumnas Cengkareng sudah dihuni warga yang tergusur dari Kali Angke. Kini yayasan itu tengah membangun rusun di Muara Angke untuk menampung para nelayan yang digusur dari DAS Kali Adem, Jakarta Utara. ''Saya baru meninjau rusun untuk nelayan Muara Angke itu. Proses penyelesaiannya sudah mencapai 70 persen. Diharapkan sudah bisa dihuni akhir tahun ini atau awal tahun 2005,'' ujar Sutiyoso.Sementara itu, Wali Kota Jakarta Utara Effendy Anas, dalam laporannya mengatakan Festival Kali Angke digelar untuk mempertahankan kebersihan Kali Angke dari sampah. Dia mengakui air sungai tersebut masih hitam pekat, tetapi dengan tidak ada lagi permukiman di DAS ke depan, airnya diharapkan akan bersih. (Ssr/J-2) Post Date : 30 Agustus 2004 |