YOGYAKARTA – Sebanyak 192 sumber mata air di Kabupaten Sleman tertutup material vulkanik pascaerupsi Merapi dan banjir lahar dingin.
Kondisi terparah dialami mata air umbul wadon dan umbul lanang di Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan. Dua mata air tersebut merupakan pemasok air utama bagi perusahaan daerah air minum (PDAM) yang dialirkan ke rumah warga di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral (SDAEM) Sleman Widi Sutikno mengatakan mata air yang tertutup material vulkanik itu sedang dalam pengawasan.
“Masalah utamanya adalah umbul wadon dan umbul lanang. Potensi debit di kedua sumber air tersebut,yang mengaliri Sungai Kuning mencapai 450–500 liter per detik,”paparnya dalam forum group discussion (FGD) Keluarga Alamuni UGM di Gedung BPD Yogyakarta, kemarin. Persoalan mendasar yang harus dipecahkan adalah bagaimana mengangkat sumber air itu agar keluar.
Kedua sumber mata air tersebut saat ini sudah masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Karena itu, pihaknya akan melibatkan pengelola TNGM untuk penataan kawasan di sekitar kedua sumber mata air tersebut. “Kita juga sudah mengusulkan ke Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk mengangkat kedua sumber mata air tersebut. Kami berharap tahun ini bisa selesai sehingga bisa dimanfaatkan masyarakat seperti dulu lagi,” tandasnya.
Akademisi UGM Heru Handrayana menerangkan, erupsi Merapi maupun banjir lahar dingin tidak berdampak serius terhadap kondisi air tanah dan sumber air di Sleman,Kota Yogyakarta maupun Bantul. “Tidak memberikan dampak langsung terhadap mata air di Kota Yogyakarta, semuanya baikbaik saja.
Yang bermasalah hanya suplai airnya. Untuk cadangan air maupun kualitas air tidak terpengaruh,”ucapnya. Dosen Fakultas Teknik UGM ini menjelaskan, erupsi Merapi hanya berpengaruh pada jangka panjang karena pola atau sistem aliran air tanah di Kota Yogyakarta tergolong menengah, yakni terbentuk 100– 120 tahun.
Sumur Warga Dipantau
Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman akan melakukan uji kualitas air sumur milik warga Morangan,Desa Sindumartani, Ngemplak,Sleman.Uji kualitas ini untuk mengetahui kualitas air sumur warga pascabanjir lahar dingin di Sungai Gendol. “Kami membutuhkan waktu dua minggu untuk kegiatan ini,” kata Kabid Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan( P2PL) Cahya Purnama.
Uji air sumur ini untuk mengetahui unsur apa yang terkandung di dalam air sumur warga Morangan itu.Diketahui, setelah banjir lahar dingin, kondisi air sumur warga muncul bau belerang.Kepala Desa Sindumartani, Ngemplak,Sleman, Hartono mengakui kondisi air sumur milik warga Morangan tercemar belerang.“Pencemaran ini diperkirakan meresap melaluiSungaiGendolyangada di sebelah timur Dusun Morangan,” ucapnya. ridwan anshori/ priyo setyawan
Post Date : 25 Maret 2011
|