|
CIREBON, (PR).Longsornya tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Bantar Gebang Bekasi bisa menimpa TPA di mana saja, termasuk TPA Kopiluhur di Kel. Argasunya Kec. Harjamukti Kota Cirebon. Peringatan (warning) akan kemungkinan terjadinya ledakan disertai longsor di TPA Kopiluhur disampaikan langsung Kepala Kantor Pengelola Lingkungan Hidup (KPLH) Kota Cirebon, Ir. Yati Rohayati. Yati meminta masyarakat berhati-hati saat melewati TPA Kopiluhur. Pasalnya, dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) tidak berjalan sehingga berpotensi meledak dan longsor. "Kami tidak ingin peristiwa TPA Bantar Gebang terjadi di Kota Cirebon. Alangkah baiknya masyarakat yang lewat atau pemulung berhati-hati, saat berada di sekitar TPA Kopiluhur karena bisa meledak, terbakar, dan longsor," katanya. Sebenarnya, menurut Yati, dana untuk Amdal sudah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Namun, besarnya sangat tidak mencukupi. Akibatnya, dokumen amdal yang isinya merupakan petunjuk pengelolaan teknis itu, tidak berjalan secara sempurna karena biayanya cukup besar. "Biaya untuk melaksankan Amdal cukup besar. Untuk saat ini dana yang dialokasikan dari APBD Kota Cirebon masih kecil. Karenanya, sekarang amdal tidak berjalan secara sempurna, sehingga potensi berbahaya itu bisa saja terjadi," jelasnya. Amdal mengatur tentang pengelolaan secara teknis. Dibutuhkan dana yang cukup besar seperti menerapkan pola menutup sampah dengan tanah. Selain itu, memfungsikan pipa yang ditanam di dalam tanah agar dapat mengeluarkan gas metan dan petunjuk teknis lainnya. Kemudian memberikan petunjuk peletakan sampah secara benar dengan memisahkan antara limbah organik dan non organik serta melakukan penyiraman saat kemarau seperti sekarang. Bau tak sedap Menurut dia, TPA Kopiluhur harus dikelola secara baik. Sebagaimana aturan baku, maka dokumentasi amdal menjadi ukuran pengendalian dampak lingkungan di kawasan sekitar TPA. Yati mengkhawatirkan, pada musim kemarau seperti sekarang terjadi kebakaran yang diawali dengan ledakan. Sebab, saat musim panas biasanya sampah memproduksi gas metan dalam jumlah banyak. Untuk itu, Yati meminta masyarakat, berhati-hati saat berada di kawasan tersebut. Menurut dia, dampak negatif adanya TPA adalah sewaktu-waktu tumpukan sampah itu meledak dan menimbulkan kebakaran. Belum lagi bau tidak sedap yang dikarenakan gas beracun berbahaya jenis metan. Diakuinya, di TPA Kopiluhur hingga kini belum dipasang alat untuk mengurangi gas di dalam sampah. Sementara, anggota Komisi B DPRD Kota Cirebon, H. Achmad Djunaedi, yang dihubungi secara terpisah mengakui, pengalokasian dana untuk Amdal TPA Kopiluhur masih relatif kecil. Dana yang dialokasikan hanya sekira Rp 100 juta. "Alokasi dana untuk TPA memang harus ditambah agar DKP dapat merealisasikan amdal secara sempurna," kata Djunaedi. Namun demikian, jelas dia, bukan berarti DKP dan instansi lainnya harus terpaku kepada kecilnya anggaran. Jika memang risiko terhadap keselamatan masyarakat tinggi, ia meminta agar dilakukan koordinasi yang mantap agar peristiwa bencana seperti di daerah lain tidak terjadi. (A-92) Post Date : 18 September 2006 |