Warga Dilarang Beli Air di Desa Lain

Sumber:Suara Merdeka - 06 Agustus 2007
Kategori:Air Minum
DEMAK- Kekurangan air bersih di Desa Kedung Mutih dan Kedung Karang, Kecamatan Wedung, Demak, dirasakan warga sekitar semakin berat. Pasalnya, selain tidak memiliki sumber air tawar, mereka juga dilarang mengambil air di desa tetangga, Kedung Malang, yang masuk wilayah Jepara. Padahal, mereka sudah terbiasa mendapatkan air dari desa tersebut dengan cara membeli per jerigen. Larangan pembelian air dari Kedung Malang, karena persediaan di sana menipis dan diperkirakan hanya mencukupi untuk kebutuhan air warga desanya. Bahkan, untuk mempertegas larangan, persediaan air di daerah itu dijaga polisi wilayah setempat.

Menurut Abdul Halim (51), warga Kedung Mutih, alasan itu dapat dimaklumi. Namun, jika dilihat dari sudut pandang kemanusiaan, tentu menyakitkan karena air merupakan kekayaan alam yang dikuasai negara untuk kemakmuran rakyat. ''Kami merasa dianaktirikan hanya karena perbedaan daerah,'' katanya.

Air Asin

Warga kerepotan mendapatkan air bersih, karena di daerahnya tidak terdapat sumber air tawar. Kalaupun ada kolam-kolam air bekas tambak, airnya payau, bahkan terasa asin. Kolam itu hanya dapat digunakan untuk kebutuhan mencuci dan mandi. Hampir setiap hari sebagian warga mengambil air dengan jerigen untuk mandi dan mencuci.

Karena mengandung garam, jika untuk mandi kulit menjadi busik. Namun, yang membuat kesan kotor, di tempat itu ada gubuk kecil untuk membuang air besar. Sementara, tidak sedikit warga yang mandi dan mencuci di situ, bahkan menggosok gigi.

Kesulitan mendapatkan air bersih ternyata ditangkap sejumlah warga Pecangaan Jepara untuk menjual air, baik dalam truk tangki maupun jerigen. Tentu harga jualnya pun relatif mahal, karena warga membutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari. Harga air per jerigen dijual sekitar Rp 1.250-Rp 1.500 tergangtung ukurannya.

''Setiap hari warga harus mengeluarkan uang Rp 6.000-Rp 20.000. Kalau jumlah anggota keluarga banyak, keputuhan air juga banyak,'' kata Halim yang juga ketua BPD.

Warga lainnya, Muhsin (49), mengaku kekurangan air bersih yang terjadi di desanya membuat beban hidup semakin berat. Setiap hari ia harus mengeluarkan uang untuk membeli air, sementara tidak setiap hari dia mendapat uang. Kondisi demikian dirasakan warga Desa Kedung Karang, Kecamatan Wedung, yang masih tetangga desa dengan Kedung Mutih.

Muhsin menambahkan, meski persoalan itu sudah menjadi keluhan warga, belum ada perhatian dari Pemkab Demak untuk memberikan bantuan. Tahun lalu desanya pernah menerima droping air bersih dari Pemkab. ''Kadang kami merasa iri dengan warga Jepara,'' katanya.

Bupati H Tafta Zani mengatakan, perlu dicarikan solusi permanen agar kekurangan air bersih tidak menjadi masalah tahunan di wilayahnya. Di antaranya dengan mengembangkan jaringan PDAM ke desa-desa yang kesulitan air bersih atau dengan dibuatkan pengolahan air bersih.

Untuk daerah yang memiliki sumber air, lanjut dia, akan dibangunkan pengelolaan air yang manajemennya diserahkan kepada desa. Sedangkan daerah yang tidak memiliki sumber air tawar, perlu diupayakan mendapat jaringan PDAM. (H1-37)



Post Date : 06 Agustus 2007