Warga Diharapkan Bantu Mengantisipasi Banjir

Sumber:Kompas - 09 November 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Jakarta, Kompas - Pemerintah pusat maupun Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta menyatakan tidak bisa menghentikan banjir, tetapi terus berusaha keras meminimalisasi dampak bencana alam yang mungkin akan timbul pada akhir tahun atau awal tahun 2009.

Karena sekitar 1,6 juta warga DKI Jakarta masih rawan terkena dampak banjir, maka pemerintah mengajak warga turut mengantisipasinya.

”Paling tidak warga turut membersihkan selokan-selokan dan tidak membuang sampah ke sungai,” kata Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dalam acara silaturahim dengan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo serta pemimpin redaksi media massa di Jakarta, Sabtu (8/11).

Menteri PU, Gubernur DKI Jakarta, dan para pejabat PU menjelaskan aspek-aspek teknis upaya pemerintah mengantisipasi banjir, seperti penggalian 12 sungai, peninggian tanggul-tanggul, pendalaman waduk-waduk, sampai pada rencana pembebasan tanah di sekitar Banjir Kanal Timur yang diharapkan tuntas akhir tahun 2009 melalui berbagai cara.

Meski segala hal telah diupayakan, menurut Direktur Sungai, Danau, dan Waduk Ditjen Sumber Daya Air Widagdo dalam presentasinya, 1,6 warga masih rawan terkena banjir. Angka ini menurun dari 2,6 juta warga yang terkena dampak banjir pada tahun 2007.

”Sulit bagi kita menghindari banjir, tetapi kita bisa meminimalisasi dampaknya. Jadi, kalau dulu dampaknya bisa berminggu-minggu, nanti mudah-mudahan hanya dalam hitungan jam,” kata Widagdo.

Ancaman banjir di DKI Jakarta bukan hanya datang dari akibat hujan, tetapi juga bisa akibat meningkatnya tinggi permukaan air laut. Apalagi 40 persen wilayah Jakarta berada di bawah garis permukaan laut. Karena itu, antisipasi juga termasuk pembenahan jalan tol ke bandara dengan pembuatan jalan yang lebih tinggi di samping jalan yang ada, serta pembuatan tanggul yang kuat.

Gubernur DKI Fauzi Bowo juga menekankan pentingnya suatu gerakan mengubah mindset untuk menimbulkan kesadaran bahwa banjir ini adalah urusan bersama. Ia juga meminta dukungan semua pihak, termasuk media massa, ketika Pemprov DKI Jakarta menerapkan law enforcement, seperti pemberlakuan operasi yustisi dan operasi pengembalian fungsi lahan ke fungsi sebenarnya, yang selama ini dikenal dengan istilah menggusur.

”Saya tak mau memakai istilah menggusur. Saya ingin mengembalikan lahan ke fungsi sebenarnya,” kata Fauzi kepada wartawan sebelum acara silaturahim dimulai.

Dalam acara silaturahim itu, Fauzi menjelaskan program- program jangka pendek maupun jangka panjang DKI Jakarta untuk menghindari dampak besar banjir, baik dari sisi teknis maupun sisi sosial.

Tiga orang meninggal

Dari Padang dilaporkan, tiga orang masih dinyatakan hilang dalam bencana longsor yang terjadi di Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Hingga Sabtu sekitar pukul 18.00, Tim SAR gabungan belum menemukan korban yang hilang, sementara tiga warga ditemukan meninggal tertimbun longsor.

Tiga warga yang masih dicari Tim SAR adalah Mediana Safrina (13), Asnimar (60), dan Nadirsam (55). Adapun tiga jenazah yang sudah ditemukan dalam pencarian kemarin adalah Sahrul Sapar (9), Darius (70), dan Nida (45).

Dua anak, Suci (15) dan Rizal (5), ditemukan luka berat. Keduanya segera dilarikan ke RSUD Achmad Mochtar, Bukittinggi.

Tanah longsor yang bercampur air deras juga menyebabkan tiga rumah rusak dan dua rumah lainnya hanyut. Longsor terjadi Jumat kemarin sekitar pukul 19.30.

Syahrul Junaidi, anggota Tim SAR dari Orari Bukittinggi, mengatakan, hujan lebat yang turun sepanjang Jumat membuat tanah tak kuat lagi menahan beban dan akhirnya longsor malam harinya.

”Hari Jumat kemarin, evakuasi belum menemukan korban meninggal karena sudah terlalu malam. Evakuasi baru dilakukan lagi Sabtu pagi. Proses evakuasi ini sangat sulit karena lokasi longsor terletak tujuh kilometer dari perkampungan warga terdekat. Selain itu, hujan deras masih terus turun di sekitar lokasi,” ujar Junaidi.

Proses evakuasi juga mengalami hambatan penerangan pada malam hari karena listrik padam. Tim SAR kemarin menghentikan pencarian sekitar pukul 18.00. Pencarian lanjutan dilakukan hari Minggu ini.

Manajer Satkorlak Penanggulangan Bencana Sumatera Barat Ade Edward mengatakan, sekitar 300 warga Malalak masih diungsikan ke sekolah dan masjid terdekat untuk menghindari kemungkinan longsor lanjutan.

Selain itu, longsor juga menyebabkan dua jembatan putus. Sekitar 400 hektar sawah warga rusak tertimpa tanah yang longsor. Enam ternak dilaporkan mati akibat kejadian itu.

Kepala Polres Padang Pariaman Ajun Komisaris Besar Arum Priyono mengatakan, pihaknya juga berupaya mengantisipasi kemungkinan korban longsor yang terseret air sungai dari Malalak yang berhilir ke sungai di Padang Pariaman. ”Kami membantu pencarian korban dengan mengamati aliran sungai di Sei Sarik, Padang Pariaman. Hingga saat ini belum ada korban yang ditemukan,” ujar Arum.

Ade Edward mengatakan, daerah di Malalak itu termasuk zona merah atau tergolong daerah rawan longsor. Tanah yang ada di sekitar Malalak itu sudah retak- retak akibat gempa yang menimpa Sumatera Barat tahun lalu. ”Pada musim hujan saat ini, besar kemungkinan longsor di sekitar daerah Malalak. Kami sudah berupaya mewaspadai kemungkinan itu,” ucap Ade.

3.989 rumah terendam

Sedikitnya 3.989 rumah terendam air di empat kelurahan di Kecamatan Samarinda Utara, Kaltim, Sabtu. Banjir melanda empat kelurahan, yakni Kelurahan Temindung Permai, Kelurahan Gunung Lingai, Kelurahan Sempaja Utara, dan Sempaja Selatan sejak sepekan terakhir.

Camat Samarinda Utara Marabas ketika dikonfirmasi Antara, Sabtu petang, mengatakan, ketinggian air di Jalan Pemuda 30 hingga 50 sentimeter. ”Dari laporan petugas yang kami terjunkan, di tempat ini sekitar 3.000 rumah terendam,” kata Marabas.

Ia mengakui, banjir disebabkan pertemuan pasang air laut dan meluapnya air Sungai Mahakam. ”Jika banjir akibat air Sungai Mahakam meluap, biasanya tidak akan berlangsung lama. Namun, banjir kali ini terjadi akibat pertemuan pasang air laut sehingga diperkirakan akan berlangsung beberapa hari. Kami telah meminta warga agar mewaspadai semakin tingginya air,” ujar Camat Samarinda Utara.

”Sejak Jumat sudah banyak warga yang mengungsi karena takut air akan semakin tinggi. Saya sendiri terpaksa menumpang di rumah teman karena air sudah masuk ke rumah,” kata warga perumahan Griya Mukti Sejahtera, Saud Rosadi.

Relawan siap siaga

Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, bencana alam ataupun bencana lainnya jangan hanya ditangisi, tetapi korbannya juga harus dibantu dengan segala kemampuan para relawan Palang Merah Indonesia (PMI). Relawan PMI diminta selalu siap siaga menjalankan amal ibadahnya menolong warga yang menjadi korban bencana.

Wapres Kalla mengutarakan itu dalam pengarahannya pada acara Temu Karya Relawan Ke-4 Tingkat Nasional 2008 di Pantai Matahari, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Kamis.

Temu karya relawan PMI itu dihadiri 1.500 relawan PMI dan 38 relawan asing dari enam negara, di antaranya China, Jerman, Banglades, dan Belanda yang berlangsung sejak Kamis (30/10).

Wapres mengatakan, relawan PMI dan lainnya selama ini telah membuktikan bekerja sesuai rasa kemanusiaan, amal ibadah, dan terlatih di sejumlah daerah bencana, seperti di Aceh, Yogyakarta, dan Jawa Tengah.

Dalam kesempatan itu, Wapres memberikan pesan tertulis kepada relawan PMI. ”Terima kasih atas bakti Anda semua selama ini dan mengharapkan kesiapsiagaan setiap saat. Carita, 6 November 2008. Wapres Jusuf Kalla.” (VIK/ART/HAR)



Post Date : 09 November 2008