Jakarta, Kompas - Pendidikan agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai mendesak dilakukan. Pemerintah juga perlu membangun infrastruktur tempat pembuangan sampah yang memadai sehingga orang tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah.
Pengamat persampahan, Sri Bebassari, Jumat (25/1), mengatakan, menumpuknya sampah di badan sungai disebabkan banyak orang masih terbiasa membuang sampah di saluran air atau sungai. ”Larangan untuk membuang sampah sembarangan sudah ada dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, tetapi baru sebatas peraturan. Di lapangan, tidak ada sosialisasi dan penegakan hukum,” kata Sri.
Selain melarang orang membuang sampah ke sungai, pemerintah setempat juga harus menyediakan lokasi dan sistem pembuangan sampah dari setiap rumah tangga.
Dia mengatakan, lebih dari empat tahun undang-undang itu berlaku, tetapi masih banyak pihak yang tidak mengetahui adanya peraturan itu. Tidak heran penerapan peraturan di lapangan masih sangat lemah.
Untuk mengantisipasi melubernya sampah yang terbawa banjir, seharusnya undang-undang ini segera diimplementasikan di lapangan. Di sinilah dibutuhkan langkah bersama dari pemerintah pusat dan daerah.
Tumpukan sampah
Pascabanjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya, sampah di badan sungai sangat banyak. Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta mencatat sampah mencapai 1.420 meter kubik per hari. Di Bekasi, ada tambahan 50 ton sampah pascabanjir. Sampah yang sudah diangkat dari sungai sempat menumpuk di pinggir jalan.
Di luar masa banjir, pembuangan sampah ke sungai juga masih kerap terjadi. Akibatnya, banyak terjadi penumpukan sampah di pintu air. Sampah yang dibuang ke sungai beragam, mulai botol minuman, sampah plastik, busa sintetis, kasur, sampai lemari.
Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Pusat Herning Wahyuningsih mengatakan, pembuangan sampah sembarangan juga terjadi di saluran penghubung. ”Waktu kami bongkar bangunan yang menutupi saluran penghubung di Jati Pinggir, Tanah Abang, sampah menumpuk di saluran air,” kata Herning.
Dia mengatakan, dibutuhkan peran serta perangkat pamong seperti lurah/camat untuk mendidik warga, terutama ibu-ibu yang bertanggung jawab atas sampah di rumah tangga. Anggaran Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Pusat banyak tersedot untuk mengangkat sampah dari sungai.
”Seandainya warga ikut menjaga kebersihan sungai, anggaran bisa dialihkan untuk perbaikan infrastruktur,” kata Herning.
Sri menilai pemerintah daerah perlu memiliki sumber daya manusia dan dana khusus untuk menangani sampah setelah banjir melanda. ”Karena sampah yang ada di sungai jumlahnya banyak, penanganannya juga butuh waktu,” ujar Sri.
Dia mendukung langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatukan penanganan sampah di sungai ke satu dinas, yakni Dinas Kebersihan. ”Dengan begitu, tak ada saling lempar tanggung jawab atas persoalan sampah di sungai,” katanya.
Di sisi lain, peralatan yang digunakan untuk mengangkut sampah juga harus dirawat. Truk sampah harus dicuci secara rutin agar tidak mudah rusak karena mengangkut sampah yang mengandung berbagai zat yang dapat merusak truk. Secara teknis, truk sampah memiliki usia lima tahun.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Uni Nurdin mengatakan, sebagian truk sampah sudah berusia 10-30 tahun sehingga kondisinya tidak prima lagi.
Kesehatan
Selain volume sampah yang meningkat, banyaknya sampah yang dibuang ke sungai juga berimbas pada kesehatan masyarakat, terutama mereka yang terkena banjir.
Ketua RW 07 Kelurahan Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, M Soleh mengatakan, air merendam permukiman warga sejak Kamis hingga hari Minggu lalu. Setelah banjir, sebagian warga menderita sakit seperti flu dan kulit. ”Sekarang sudah tidak ada posko kesehatan sehingga kalau berobat ke puskesmas,” kata Soleh.
Secara terpisah, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Netri Listriani mengatakan, pihaknya menyemprotkan lisol untuk membersihkan rumah dari kuman atau bakteri akibat endapan lumpur. Kemarin, penyemprotan dilakukan di lokasi banjir di Jalan Karet Baru Barat I, RW 07 Kelurahan Karet Tengsin. Sejumlah karbol juga dibagikan kepada warga.
Kepala Seksi Perencanaan Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Selatan Deddy Budiwiodo mengatakan, sampah banjir ditangani Dinas Kebersihan. Ada armada truk yang dibagi per wilayah kota untuk mengangkut sampah. Sampah banjir yang terkumpul dibuang ke Bantargebang.
Deddy mengatakan, tugasnya kini berupaya agar jika hujan lebat kembali mengguyur Jakarta akhir pekan ini hingga awal minggu depan, warga di lokasi rawan banjir bisa ditolong lebih dini.
”Pembersihan saluran dari sampah dan endapan lain tetap menjadi prioritas,” kata Deddy. (ART/NEL)
Post Date : 26 Januari 2013
|