Warga di Kaki Gunung Sumbing Kesulitan Air Minum

Sumber:Kompas - 19 Juli 2008
Kategori:Air Minum

Temanggung, Kompas - Warga sejumlah desa di kaki Gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, kini kesulitan air minum. Mengecilnya debit air di sumber air membuat mereka harus mengantre air pada malam hari atau mengambil air dari kecamatan lain.

Nasib serupa melanda desa-desa di pesisir Kabupaten Cirebon. Warga terpaksa membeli air untuk minum dan memanfaatkan air balong yang keruh dan asin.

Santoso, Kepala Desa Pagergunung, Kecamatan Bulu, Temanggung, mengatakan, pada musim kemarau ini, 565 keluarga di empat dusun Desa Pagergunung harus bergantian mengambil air dari sumber air di Dusun Cepit. Warga Dusun Cepit dan Tlodas mendapat giliran pada pagi hari, sementara warga Dusun Petiran dan Pongangan mendapat giliran pada malam hari.

Santoso biasa mengantre pukul 19.00 sampai pukul 05.00 untuk mendapatkan lima hingga enam jeriken air dengan kapasitas 20-30 liter air per jeriken. Air tersebut hanya cukup untuk memasak dan mandi.

Hal serupa dirasakan oleh Muri, warga Dusun Limbangan, Desa Gandurejo, Kecamatan Bulu. Sejak awal Juni, ia harus mengantre untuk mendapatkan air dari sumber air Kruwisan.

”Biasanya, saya mengantre pukul 21.00-02.00,” ujar Muri.

Wilayah Kabupaten Cirebon yang dilanda krisis air bersih di antaranya Kecamatan Kapetakan, Kecamatan Pangenan, dan Kecamatan Mundu. Sumber air di wilayah itu sudah minim dan sebagian terintrusi air laut.

Di Kapetakan, warga membeli air untuk minum seharga Rp 3.000-Rp 5.000 untuk dua atau tiga ember per hari.

Menurut Nasti (50), biaya itu sangat memberatkan warga. Apalagi suaminya yang bekerja sebagai nelayan sudah hampir dua bulan tak melaut akibat mahalnya bahan bakar. Nasti yang jadi buruh tani kini menganggur karena tanaman padi gagal panen.

Warga yang tidak mampu terpaksa memanfaatkan air balong atau air dari cekungan tanah di sekitar desa. Ipah (50), warga Desa Bungko, menyaring air balong dengan kain panjang. ”Rasanya asin,” katanya.

Carkim, Kepala Desa Bungko, mengatakan, kekeringan dirasakan warga sejak awal Juli. Dari sekitar 5.000 hektar tanaman padi di desanya, 100 hektar gagal panen. Sisanya mengalami kekeringan berbagai tingkat.

Menurut Ade Kusnindar, Kepala Bagian Hubungan Pelanggan PDAM Kabupaten Cirebon, pihaknya hanya bisa mengirim air untuk meringankan beban warga 24 tangki per hari. (EGI/NIT)



Post Date : 19 Juli 2008