Warga di Desa Jelat Sudah Lima Bulan Kesulitan Air

Sumber:Pikiran Rakyat - 14 Juni 2006
Kategori:Air Minum
CIAMIS, (PR).Ratusan keluarga di daerah Kampung Pasir Panjang dan Mekarmulya, Desa Jelat, Kec. Baregbeg, Kab. Ciamis, sudah lima bulan kesulitan air bersih untuk mandi, cuci maupun minum. Hal itu terjadi, karena sumber air yang selama ini digunakan oleh warga dari saluran Sungai/irigasi Alinayin, terputus.

Terus terang, kami benar-benar susah air. Warga dari Pasir Panjang maupun Mekarmulya mesti berjalan kaki sepanjang satu km untuk mengambil air, kata Iwa, Kepala Kampung Pasir Panjang, kepada PR, Selasa (13/6).

Menurut Iwa dan Suha, tokoh masyarakat setempat, sebelum saluran Sungai Alinayin terputus (lebar dua meter, panjang 75 meter-red.), warga biasanya mendapatkan air baku dari saluran itu. Baik itu untuk kebutuhan mandi, mencuci, minum, dan lainnya. Termasuk, kebutuhan air untuk ke Pesantren Nurul Huda dan lima buah masjid mengambil dari saluran itu.

Sekarang semuanya kering. Kami harus susah payah terlebih dahulu untuk mendapatkan air. Caranya, ambil air ke Ciwahangan yang membutuhkan waktu 30 menit. Setelah itu, baru bisa mandi atau wudu, ungkap Suha.

Bahkan, kebiasaan warga yang dulunya mandi sekali dua atau tiga kali, katanya, sekarang ini hanya satu kali. Hal yang kadang membuat warga pusing, yaitu kalau ingin buang air besar tengah malam. Karena mereka mesti mencari air.

Wah kalau lupa tidak menyimpan air dari sungai, tiba-tiba tengah malam ingin buang air besar. Itu jelas susah, harus turun dulu ke Ciwahangan, tutur Iwa.

Pasang paralon

Selain itu, kolam ikan serta sawah di daerah ini sudah lama kering, karena pasokan air dari Alinayin sudah tidak ada. Daerah Pasir Panjang dan Mekar Mulya, posisinya di dataran tinggi, sehingga untuk membuat sumur dengan cara menggali juga susah.

Warga semula berharap pemerintah bisa cepat melakukan penanganan secara tanggap darurat. Namun, penanganan itu tidak bisa cepat sebagaimana diharapkan, karena mesti ada proses yang harus dilalui seperti lelang atau lainnya.

Makanya, hingga sekarang pemerintah belum bisa menangani tanggap darurat mengatasi permasalahan tersebut.

Sebenarnya yang kena dampak bukan hanya di daerah Jelat, tapi daerah Pusaka Nagara juga merasakan dampaknya. Karena setelah saluran itu putus, warga di Pusakanagara juga mengalami kesulitan air, kata Syarif anggota DPRD Ciamis.

Sementara itu, mulai kemarin, puluhan warga Jelat melakukan inisiatif untuk memasang paralon besar sepanjang 75 meter di daerah saluran yang jebol. Hal itu dilakukan untuk mengatasi kekurangan air, sebelum bantuan pemerintah turun.

Caranya, yaitu paralon besar tersebut, rencanannya akan digantung tali tambang. Lalu dari bagian bawah ditahan dengan bambu. Warga sendiri tampak di lokasi sedang mengumpulkan bambu dan kebutuhan lainnya.

Langkah yang dilakukan warga yaitu untuk menyambungkan saluran air yang putus. Diharapkan, dengan demikian, pasokan air bisa mengalir, sekalipun tidak bisa maksimal. Warga sudah mengumpulkan 120 batang bambu untuk menahan saluran paralon dari bagian bawah, kata Iwa.

Langkah ini sifatnya sementara, sebelum bantuan dari pemerintah turun. Sebab, kami sudah benar-benar kelimpungan untuk mencari air, kata Ujang yang ikut gotong royong. (A-97)

Post Date : 14 Juni 2006