|
SUMBER - Kekeringan yang melanda Kabupaten Cirebon pada puncak musim kemarau Agustus 2006 semakin memprihatinkan. Ratusan warga di delapan desa di Kecamatan Kapetakan, kini mengalami krisis air bersih. Adapun delapan desa itu, yakni Desa Kapetakan, Bungko Lor, Bungko Kidul, Pegagan Lor, Pegagan Kidul, Karangkendal, dan Dukuh. Untuk kebutuhan air bersih, warga di delapan desa itu terpaksa harus membeli dari para pedagang air keliling. Menurut salah seorang warga Desa Karangkendal, Aminah (50 tahun), harga air yang dijual para pedagang keliling kini melonjak. Setiap jeriken berkapasitas 20 liter, harganya kini mencapai Rp 1.000. Padahal biasanya, harga air hanya mencapai Rp 700 per 20 liter. ''Hal itu jelas sangat merugikan warga,''katanya saat ditemui Republika, Ahad (13/8). Hal senada diungkapkan warga lainnya, Rusmanto (35). Dia menjelaskan, akibat krisis air bersih, warga kini jarang mandi dan mencuci. ''Pada musim kemarau saat ini, warga biasanya mandi dan mencuci setiap tiga hari sekali bahkan lebih,''tuturnya. Ketika disinggung mengenai bantuan air bersih dari PDAM setempat, Rusmanto menerangkan, hal tersebut hanya berlangsung tiga hari sekali. Selain itu, imbuh dia, penyaluran bantuan air bersih biasanya hanya dilakukan di balai desa yang letaknya jauh dari permukiman warga. Anggota Komisi B dari FPKS DPRD Kabupaten Cirebon, Arif Rahman, ST, saat dimintai komentarnya mengenai krisis air bersih yang melanda delapan desa tersebut, mengaku sangat prihatin. Menurut dia, PDAM seharusnya setiap hari mengirimkan bantuan air bersih bagi warga. Arif mengakui, krisis air bersih itu sepenuhnya dipengaruhi kondisi cuaca. Berdasarkan keterangan dari pihak PDAM, sambung dia, krisis air bersih yang melanda delapan desa itu disebabkan keringnya Sungai Kumpul Kwista yang selama ini menjadi bahan baku pengolahan air PDAM. Bupati Cirebon, Dedi Supardi, saat ditanyakan mengenai krisis air bersih yang melanda warga, mengungkapkan akan segera memberikan bantuan. Selain bantuan air bersih, sambung dia, bantuan juga akan diberikan dalam bentuk beras bagi warga yang mengalami dampak kekeringan. Dedi menjelaskan, total bantuan itu akan mencapai Rp 500 juta. Dari Rp 500 juta tersebut, imbuh dia, Rp 100 juta untuk bantuan air bersih dan Rp 400 juta lainnya untuk bantuan beras. ''Kita akan bagikan besok (hari ini, red) untuk semua daerah yang mengalami dampak kekeringan,''ujarnya. PDAM Putuskan 4.000 Saluran Dari 2005 hingga pertengahan 2006, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung, memutuskan 4.000 saluran pelanggan. Pasalnya, pelanggan tersebut menunggak rekening pembayaran. Bahkan nilai tunggakan pelanggan di PDAM, hingga kini mencapai Rp 40 miliar. Demikian disampaikan Direktur Utama PDAM Kota Bandung, HM Budiman, dalam diskusi interaktif 'Optimalisasi Pelayanan PDAM Kota Bandung', Sabtu (13/8). Ia menambahkan, setiap tahun manajemen PDAM menjatuhkan sanksi berupa penurunan pangkat hingga pemecatan terhadap oknum petugas PDAM. ''Mereka melakukan kecurangan dalam pelayanan,'' katanya menjelaskan. Budiman menjelaskan, karena pemutusan sambungan itu pelanggan PDAM berkurang. Sebelumnya, pelanggan PDAM sekitar 143 ribu, kini pelanggan PDAM sekitar 139 ribu. Ia menambahkan, pemutusan akan dilakukan jika selama dua bulan berturut-turut, pelanggan tidak membayar rekening PDAM. Selain itu, lanjut Budiman, pemutusan terjadi bila merusak atau membuka segel meter air. ''Menjual atau memperdagangkan air minum tanpa izin PDAM, menggunakan pompa isap atau alat lainnya secara langsung dari pipa persil dan mengubah saluran pipa sehingga tidak memenuhi syarat,''tuturnya. Diakui Budiman, hingga kini masih ada oknum di lapangan yang berlaku tak jujur. Untuk itu, ia meminta pelanggan untuk mewaspadainya. Setiap tahun, sambung dia, PDAM menurunkan pangkat bahkan memecat karyawan yang berbuat curang terhadap pelanggan. (lis/ren ) Post Date : 14 Agustus 2006 |