|
BANDUNG - Sejumlah warga di Kecamatan Citatah, Kab Bandung, menyatakan kekhawatirannya atas rencana pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) di wilayahnya. Menurut mereka, pembangunan TPA itu dikhawatirkan menimbulkan pencemaran lingkungan. Karena itu, warga pun memasang sejumlah spanduk di tepi jalan menuju lokasi yang akan dijadikan TPA. Spanduk itu berisikan penolakan mereka atas rencana pembangunan TPA. .''Walau tempat tinggal saya tidak terpakai TPA, saya tetap khawatir terkena dampaknya,'' ujar Rahmoedin (65 tahun) warga Kampung Margaluyu, Desa Citatah, kepada Republika. Perwakilan warga, Yuddi Agustiar, mengatakan warga Kampung Cimerang menolak rencana TPA di Kecamatan Cipatat. Ia mengaku khawatir akan dampak negatif yang ditimbulkan TPA tersebut. ''Kekhawatiran ini sudah kami sampaikan ke sejumlah instansi terkait termasuk Menteri Lingkungan Hidup,'' katanya. Camat Cipatat, Dawira Supriatna, mengatakan, pro-kontra adalah hal yang wajar dalam sebuah rencana pembangunan. Dengan adanya aksi tersebut, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi terhadap warga. Selama ini, imbuh dia, sosialisasi yang dilakukan memang belum menyentuh seluruh kalangan masyarakat bawah. Sedangkan salah seorang komisaris PT Bandung Raya Indah Lestari (PT BRIL), pengembang TPA Citatah, Yosef Sunaryo, mengatakan, dirinya tidak akan berani membangun TPA apabila konsep pembangunannya tidak berwawasan lingkungan. Dia menambahkan, TPA tersebut tidak sebatas menumpuk sampah tapi juga mengolahnya sehingga menjadi barang yang bermanfaat. ''Kami sudah menyiapkan konsep teknologi yang diadopsi dari Cina dan sejumlah negera lainnya. Saya berjanji dengan adanya TPA yang ada di lahan 10 hektare di Kampung Cimerang sudah melalui penelitian dari pihak perusahaan kami dan dinyatakan aman bagi masyarakat dan lingkungan,'' tutur Yosef. Ia menilai reaksi warga saat ini sebagai suatu yang wajar karena mereka tak tahu konsepnya. Sementara itu, Pemkot Bandung tetap berniat mengaktifkan kembali TPA Pasir Impun yang sempat tututip. Menurut Sekda Kota Bandung, Maman Suparman, TPA Pasir Impun tetap akan diupayakan untuk digunakan. Pihaknya akan meminta kesadaran warga untuk membantu pemkot yang sangat membutuhkan TPA itu. ''Sampah saat ini hanya dibuang ke TPA Cicabe. Setiap hari, TPA itu hanya bisa menampung 1.000 meter kubik. Padahal, Kota Bandung setiap harinya memproduksi 4.500 meter kubik sampah,'' ujar Maman usai acara 'Kampanye Makan Bakso', Jumat (13/1). Menurut Maman, pihaknya berharap warga Pasir Impun bisa mengerti dengan kondisi tersebut. Pasalnya, kata dia, saat ini sampah yang ada di Kota Bandung sudah menumpuk di tempat penampungan sementara (TPS). Padahal, TPS itu tidak bisa diandalkan untuk terus menampung sampah.''TPS tidak bisa diandalkan untuk terus menampung sampah itu karena masyarakat sekitar TPS keberatan dengan bau dan lalat,'' katanya. Agar masyarakat Pasir Impun bisa mengerti dengan kebijakan pemkot, kata Maman, pihaknya akan memberikan kompensasi. Yaitu, berupa jaminan kesehatan dan penyemprotan. Sekretaris Komisi C, Muchsin Al Fikri, mengatakan, kalau pemkot tetap menggunakan TPA Pasir Impun, harus dilakukan upaya agar tidak merugikan masyarakat. Kalau masyarakat menolak, kata dia, sebaiknya Pemkot Bandung tidak memaksa. Pasalnya, jangan sampai penggunaan TPA itu merugikan masyarakat dan menimbulkan gejolak di masyarakat. Muchsin menyarankan dua hal pada Pemkot Bandung dalam menangani masalah sampah itu. Pertama, kata dia, untuk jangka panjang harus dicari teknologi yang lebih canggih dalam mengelola sampah. Pasalnya, kalau menggunakan teknologi seperti sekarang, masalah akan selalu ada. Saran jangka pendek, sambung Muchsin, pihaknya meminta agar sampah tersebut diangkut dengan memanfaatkan TPA yang memungkinkan digunakan dan melindungi masyarakat dari berbagai penyakit. (dra/kie ) Post Date : 14 Januari 2006 |