|
CIREBON, KOMPAS - Warga Kecamatan Suranenggala dan Kapetakan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kesulitan air bersih selama musim kemarau ini. Rata-rata setiap rumah tangga di dua kecamatan itu harus mengeluarkan biaya minimal Rp 6.000 untuk membeli air bersih bagi kebutuhan makan, minum, dan mencuci pakaian. Kondisi terparah ditemui di Desa Bungko, Kapetakan. Warga di perkampungan nelayan yang berjarak sekitar 2,5 kilometer dari laut itu bergantung sepenuhnya dari air bersih yang dijajakan oleh pedagang keliling. Bantuan dua tangki air dari Pemerintah Kabupaten Cirebon setiap pagi di desa itu tak mencukupi bagi sekitar 4.000 keluarga di sana. ”Pembagian air bantuan dari Pemkab sering jadi rebutan dan banyak warga yang tidak kebagian. Akhirnya lebih banyak warga yang membeli air dari penjaja keliling,” kata Juna’i yang bekerja sebagai nelayan. Kondisi air sungai yang mengering membuat pasokan air tawar bagi warga desa itu turut hilang. Wilayah itu juga belum masuk dalam jaringan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Cirebon. Selama ini desa tersebut bergantung pada pasokan air dari wilayah Suranenggala yang dibagikan melalui tangki setiap hari. Dursina (31), warga lain, mengeluarkan Rp 20.000 per hari untuk air bersih saja. Di rumahnya, ia menanggung dua keluarga lain yang masih terhitung kerabat sehingga pengeluaran untuk air bersih kian bertambah. ”Penghasilan dari melaut habis untuk beli air saja,” ungkap Dursina yang penghasilannya sebagai nelayan tidak menentu. Kondisi serupa ditemui di Desa Karangreja, Suranenggala. Abdul Qori (20), salah satu warga, menuturkan, setiap hari ia membeli air rata-rata empat jeriken. Di daerah tersebut, harga satu jeriken air berisi 20 liter sebesar Rp 1.500. ”Air sumur di sini hanya bisa untuk mencuci pakaian. Kalau untuk minum kualitasnya kurang bagus, jadi harus membeli air setiap hari untuk masak dan minum. Dulu, sih, tidak sampai separah ini,” kata Qori. Banjar Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mengirimkan bantuan air bagi warga di 12 desa di Kecamatan Astambul dan Simpang Empat yang kesulitan air bersih akibat musim kemarau. Bantuan air diberikan sejak 27 Agustus lalu dan masih akan berlangsung hingga kondisi air masyarakat tercukupi. Murjani, Kepala Seksi Penanggulangan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjar, Senin (10/9), mengatakan, jumlah bantuan air yang diberikan ke masyarakat sebanyak 40.000 liter per hari. Setiap keluarga memperoleh bantuan sekitar 20 liter. ”Selama ini warga di 12 desa tersebut memanfaatkan air sungai. Namun, saat ini air sungai tidak bisa dikonsumsi sehingga untuk penanganan jangka pendek diberikan bantuan berupa pasokan air. Bantuan ini untuk kebutuhan konsumsi saja,” ujarnya. (REK/WER) Post Date : 11 September 2012 |