|
BUMIAYU - Kekhawatiran 600 warga Desa Cipetung, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes akan kekurangan air pada musim kemarau ini mulai terbukti. Seminggu terakhir ini pasokan air dari tuk Soma, menurun. Padahal mata air itu merupakan satu-satunya sumber setelah tidak berfungsinya mata air Capiturang akibat bencana yang merusakkan pipa saluran, 10 tahun silam. "Dulu meski sedikit, pasokan mencukupi," kata Kepala Desa Cipetung Kusnan, kemarin. Namun menginjak musim kemarau ini, debit air yang keluar mulai berkurang. Akibatnya, aliran air menuju bak penampung semakin mengecil. Sampai di rumah warga, yang keluar hanya tetesan air. Mau tidak mau, warga terpaksa berjalan 1,5 kilometer menuju bak penampungan utama di dekat tuk Soma. Di sana mereka antre mengambil air. Kesulitan air sudah menjadi persoalan lama bagi warga Cipetung. Kesulitan belum dirasakan ketika suplai air dari mata air Capiturang masih mencukupi. Namun akibat bencana alam yang merusakkan bak penampung dan pipa saluran, suplai air praktis terhenti. Keruh Untuk mengambil air langsung dari Capiturang bagi warga Cipetung jelas tidak mungkin. Sebab, jarak sumber mata air dengan perkampungan warga hampir delapan kilometer. Satu-satunya mata air terdekat hanya tuk Soma. Namun suplainya tidak mencukupi kebutuhan warga seluruh desa. Salah seorang warga, Sya'ban (48), menuturkan, air tuk Soma pada musim kemarau berwarna keruh. "Karena tinggal sedikit, airnya jadi tidak bagus," kata dia. Meski demikian, dia tetap memanfaatkan air tersebut karena tidak ada air lain yang bisa diambil. Hal serupa juga dilakukan warga lain. Sementara itu, Kepala Badan Perwakilan Desa (BPD) Cipetung M Rodiq mengatakan, pihaknya bersama Pemdes sudah berkali-kali mengajukan usulan perbaikan bak dan saluran tuk Capiturang. Namun hingga sekarang belum memperoleh tanggapan. "Tahun ini kami mengajukan lagi, semoga saja ada perhatian," kata dia. Dia memperkirakan, biaya perbaikan total mencapai Rp 150 juta, termasuk penyambungan pipa saluran sepanjang delapan kilometer. Dia menambahkan, seandainya bantuan tidak bisa diberikan secara penuh, pihaknya tidak keberatan hanya menerima sebagian. Dana tersebut akan dijadikan perangsang untuk menggalang swadaya warga. Secara terpisah, Kasie PMD/Kelurahan Kecamatan Paguyangan Jaswadi mengatakan, usulan warga itu sudah disampaikan ke Pemkab melalui Rapat Koordinasi Pembangunan. Jaswadi mengakui, satu-satunya desa yang mengalami kekurangan air di Paguyangan hanya Cipetung. Lebih-lebih pada musim kemarau. Warga tidak hanya menghadapi kelangkaan air, namun juga kebersihan air. (H16-52n) Post Date : 26 Agustus 2005 |