|
BUMIAYU- Paling sedikit 600 warga dari 205 rumah tangga di Desa Cipetung, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, mengalami kesulitan air bersih. Kondisi itu telah berlangsung hampir 10 tahun, sejak pipa saluran dari sumber mata air Capit Urang di Desa Pandasari rusak. Untuk kebutuhan air sehari-hari warga terpaksa berjalan menuju sumber mata air terdekat, yaitu Tuk Soma dan Embol di Desa Pandansari. Itu pun harus berebutan, karena debit air yang tersedia sangat kecil. Pada musim kemarau, kondisi air semakin menurun dan berwarna keruh. Kepala Badan Perwakilan Desa (BPD) Cipetung M Rodiq mengatakan, jarak mata air Capit Urang dengan perkampungan warga sekitar 8,6 km. Dahulu, ketika Proyek Pengembangan Desa Tertinggal (P3DT) turun, warga memperoleh bantuan berupa pemipaan, sehingga masih dapat menikmati suplai air secara mencukupi. Tidak Normal Namun karena kerusakan pipa aliran dari sumber mata air tidak berfungsi normal, warga mulai mengalami kesulitan air. Kepala Desa Cipetung Kusnan mengatakan, biaya pembuatan saluran air dari Tuk Capit Urang ke perkampungan diperkirakan Rp 83 juta. Untuk merealisasikan hal tersebut, pihaknya telah mengajukan permohonan ke Pemkab dan PDAM. Tetapi hingga kini usulan mereka belum pernah mendapat tanggapan. M Rodiq menuturkan, jika seluruh biaya pembuatan saluran air tidak dapat diberikan, paling tidak Pemkab memberikan dana stimulan. Dengan dana tersebut, diharapkan dapat menggugah partisipasi warga menutupi biaya pembuatan saluran. Salah seorang warga, Syaban (48) mengatakan, kesulitan air mulai terasa bila memasuki musim kemarau. "Saat musim kemarau, kami terpaksa jalan berkilo-kilo ke sumber mata air." Pada musim itu, belasan rombongan warga berjalan membawa jerigen. (on-37hs) Post Date : 07 Mei 2005 |